Tampilkan postingan dengan label Cerita Seru Selingkuh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Seru Selingkuh. Tampilkan semua postingan

Ibu Kost Ku

http://www.cytotectablets.com/

Ibu Kostku
Sudah hampir setahun Zaki tinggal di tempat kost bu Lily. Bisa tinggal di tempat kost ini awalnya secara tidak sengaja ketemu bu Lily di pasar. Waktu itu bu Lily kecopetan, trus teriak dan kebetulan Zaki yang ikut menolong menangkap copet dan mengembalikan dompet bu Lily. Trus ngobrol sebentar, kebetulan Zaki lagi cari tempat kost yang baru dan bu Lily mengatakan dia punya tempat kost atau bisa di bilang rumah bedengan yang dikontrakkan, yah jadi deh tinggal di kost-an bu Lily. Bu Lily lumayan baik terhadap Zaki, kelewat baik malah, karena sampai saat ini Zaki sudah telat bayar kontrak rumah 3 bulan, dan bu Lily masih adem-adem aja. Mungkin masih teringat pertolongan waktu itu. Tapi justru Zaki yang gak enak, tapi mau gimana, lha emang duit lagi seret. akhirnya Zaki lebih banyak menghindar untuk ketemu langsung dengan bu Lily. Sampai satu hari…… waktu itu masih sore jam 4. Zaki masih tidur-tiduran dengan malasnya di kamarnya. Tempat kost itu berupa kamar tidur dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu kamarnya di ketok… tok..tok..tok.. lalu suara bu Lily yang manggil,”Zack…Zaki… ada di dalem gak?” Sontak Zaki bangun, wah bisa berabe kalo nanyain duit sewa kamar nie, pikir Zaki. Dengan cepat meraih handuk, pura-pura lagi mandi aja ah, ntar juga bu Lily pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi kembali terdengar suara bu Lily,” Zaki lagi tidur ya..?” dan dari kamar mandi Zaki menyahut sedikit teriak,” lagi mandi bu….” Sesaat tidak ada sahutan, tapi kemudian suara bu Lily jadi dekat,”ya udah mandi aja dulu Zack, ibu tunggu di sini ya…” eh ternyata masuk ke kamar, Zaki tadi gak mengunci pintu. “busyet dah, terpaksa bener-bener harus mandi nie,”pikir Zaki. Sekitar lima belas menit Zaki di kamar mandi, sengaja mandinya agak dilamain dengan maksud siapa tau bu Lily bosan trus gak jadi nunggu. Tapi rasanya percuma lama-lama toh bu Lily sepertinya masih menunggu. Akhirnya keluar juga Zaki dari kamar mandi, dengan hanya handuk yang melilit di pinggang, tidak pakai celana dalem lagi, maklum tadi gak sempet ambil karena terburu-buru. Bu Lily tersenyum manis melihat Zaki yang salah tingkah,”lama juga kamu mandi ya Zack…” bu Lily membuka pembicaraan. “pasti bersih banget mandinya ya…” gurau bu Lily sambil sejenak melirik dada bidang Zaki. “ah ibu bisa aja… biasa aja kok bu.., oia ada apa ya bu..?” jawab Zaki sekenanya saja sambil mengambil duduk di pinggiran tempat tidur. Bu Lily mendekat dan duduk di samping Zaki, “Cuma mau ngingetin aja, uang sewa kamarmu dah telat 3 bulan lho… trus mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu, kan dah lama gak ngobrol, kamu sie pergi mlulu…”ucap bu Lily. Zaki jadi kikuk,”wahduh… kalo uang sewanya ntar aku bayar cicil boleh gak bu? Soalnya lagi seret nie…” jawab Zaki dengan sedikit memohon. Bu Lily terlihat sedikit berpikir…”mmmm… boleh deh, tapi jangan lama-lama ya… emang uangmu di pakai untuk apa sie?” terlihat bu Lily sedikit menyelidik. “hmmm… pasti buat cewe mu ya…”dia terlihat kurang senang. “ah nggak juga kok bu….. saya emang lagi ada keperluan,” jawab Zaki hati-hati melihat raut wajah bu Lily yang kurang senang. “huh…laki-laki sama aja, kalo lagi ada maunya, apa aja pasti di kasih pada perempuan yang lagi di dekatinya, hhhh… sama aja dengan suamiku….”keluh bu Lily dengan nada kesal. Waduh nampaknya bu Lily lagi marahan nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya ditumpahkan pula sama Zaki. Dengan cepat Zaki menjawab,”tapi saya janji kok bu, akan saya lunasi kok…” “hhhhh….”bu Lily menghela nafas,”udahlah Zack, gak apa-apa kok, gak di bayar juga kalo buat kamu ga masalah… ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia cuma perhatiannya sama Marni terus… aku seperti gak dianggap lagi, mentang-mentang Marni jauh lebih muda ya.” sedikit penjelasan bahwa bu Lily ini istri pertama dari pak Kardi, sedangkan istri keduanya bu Marni. Dan sekarang sepertinya pak Kardi lebih sering tinggal di rumahnya yang satu lagi bersama bu Marni dan bu Lily tampaknya udah mulai kesepian nie “wah kalo masalah keluarga sie aku kurang paham bu…. “jawab Zaki kikuk “gak apa-apa Zack, ibu hanya mau curhat aja sama kamu… boleh kan Zack?” suara bu Lily sendu. Agak lama terdiam, terdengar tarikan nafas bu Lily terasa berat, dan sedikit sesunggukan, waduh lama-lama bisa nangis nie, gawat dong pikir Zaki. “udah bu jangan terlalu dipikirkan, nanti juga pak Kardi kembali lagi kok, kan ibu juga gak kalah cantiknya sama bu Marni,”Zaki bermaksud menghibur. “ah kamu Zack… emang ibu masih cantik menurutmu?” bu Lily menatap sendu ke arah Zaki, terlihat dua butir air mata mengalir di pipinya. Uhh…. ingin rasanya Zaki menghapus air mata itu, pak Kardi emang keterlaluan masa wanita cantik nan elok seperti ini dianggurin sie, coba Zaki bisa berbuat sesuatu… busyet… Zaki memaki dalam hati… “kenapa otak gwa jadi kotor gini.” Dengan sedikit gugup Zaki menjawab,”mmm…eee…iya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis mungkin aku yang duluan tergoda.” Uupsss …. Maksud hati ingin menghibur, tapi kenapa kata-kata yang menggoda yang keluar dari mulut… gerutu Zaki dalam hati. Zaki jadi panik, jangan-jangan bu Lily marah dengan ucapan Zaki. Tapi ternyata Zaki salah, karena bu Lily tersenyum, manis sekali dengan deretan gigi yang putih dan rapi,”ih Zaki bisa aja menghibur…. Iya juga sie, kalo masih gadis bisa aja tergoda, pantes aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie…” rona wajah bu Lily berubah sedih lagi,”kalo menurutmu Zack, apa ibu emang gak menarik lagi…?” sambil berdiri dan memperhatikan tubuhnya kemudian menatap Zaki minta penilaian. Terang aja Zaki makin kikuk,”wah aku mau ngomong apa ya bu…? Takutnya nanti di bilang lancang lho… tapi kalo mau jujur…. Ibu cantik banget, seperti masih 30an deh.” Bu Lily tampaknya senang dengan pujian itu,”hmmm.. kamu ada-ada aja saja… ibu udah 43 lho.. emang Zaki liat dari mananya bisa bilang begitu?” Zaki jadi cengar cengir,” ….itu penilaian laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.” Bu Lily kembali duduk mendekat, sekarang malah sangat dekat hampir merapat ke Zaki sambil berkata,” ah.. gak perlu malu…. Bilang aja…” Nafas Zaki terasa sesak, badan nya terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Lily, matanya indah dengan bulu mata yang lentik, sesaat kemudian Zaki mengalihkan pandangan ke arah tubuh bu Lily mencari alasan penilaian tadi, uups baru deh Zaki memperhatikan bahwa bu Lily memakai baju terusan seperti daster tapi dengan lengan yang berupa tali dan diikat simpul di bahunya. Hmmm .. kulit itu mulus kuning langsat dengan tali baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Zaki beralih ke bagian depan uupss… terlihat belahan dada yang hmmm… sepertinya buah dada itu lumayan besar. Sentuhan lembut tangan bu Lily di paha Zaki yang masih dibungkus handuk cepat menyadarkan Zaki. Dengan penuh selidik bu Lily bertanya,”lho… kok jadi bengong sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu masih 30an…” Zaki sedikit tergagap karena merasa ketahuan terlalu lama memandangi tubuh bu Lily,”mmm… eeemm.. ibu benar-benar masih cantik, kulitnya masih kencang… masih sangat menggoda…” Tidak ada jawaban dari mulut bu Lily, hanya pandangan mata yang kini saling beradu, saling tatap untuk beberapa saat… dan seperti ada magnet yang kuat, wajah bu Lily makin mendekat, dengan bibir yang semakin merekah. Zaki pun seakan terbawa suasana, dan tanpa komando lagi, Zaki menyambut bibir merah bu Lily, desahan nafas mulai terasa berat hhhh…hhhh…ciuman terus bertambah dahsyat, bu Lily menjulurkan lidahnya masuk menerobos ke mulut Zaki, dan dibalas dengan lilitan lidah Zaki sehingga lidah tersebut berpilin-pilin dan kemudian deru nafas semakin berat terasa. Dengan naluri yang alami, tangan Zaki merambat naik ke bahu bu Lily, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju di bahu tersebut dan dengan lembut Zaki meraba bahu bu Lily sampai ke lehernya…. Kemudian turun ke arah dada, dengan remasan lembut Zaki meremas payudara yang masih terbungkus bra itu. “hhhhh…hhhh” nafas bu Lily mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya mulai memuncak. Jemari lentik bu Lily tak ketinggalan meraba dan mengelus lembut dada Zaki… melingkari pinggang Zaki, mencari lipatan handuk, hendak membukanya… Uupps…. Zaki tersentak dan sadar….,”ups…hhh… maaf bu… maaf bu… saya terbawa suasana….” Zaki tertunduk tak berani menatap bu Lily sambil merapikan kembali handuknya, baru kemudian dengan sedikit takut melihat ke arah bu Lily. Terlihat bu Lily pun agak tersentak, tapi tidak berusaha merapikan pakaiannya, sehingga tubuh bagian atas yang hanya tertutup bra itu dibiarkan terbuka. Pemandangan yang menakjubkan. “napa Zack… kita sudah memulainya… dan kamu sudah membangkitkan kembali gairah ibu yang lama terpendam… kamu harus menyelesaikannya Zack…” tatapan bu Lily terlihat semakin sendu… “mmm… ibu gak marah..? gimana nanti kalo ada yang lihat bu… bisa gawat dong… pak Kardi juga bisa marah besar bu…” jawab Zaki. Tanpa menjawab bu Lily bangkit berdiri, namun karena tidak merapikan pakaiannya, otomatis baju terusan yang dipakai jadi melorot jatuh ke lantai. Zaki terpana melihat tubuh indah itu, sedikit berlemak di perut dan bokongnya namun itu malah menambah seksi lekuk tubuh bu Lily. Kemudian dengan tenang bu Lily melangkah ke arah pintu kamar dan menguncinya. Saat berjalan membelakangi Zaki itu nampak gerakan bokong bu Lily naik turun, dan perasaan Zaki semakin tegang dengan nafsu yang semakin tak tertahankan, demikian juga saat bu Lily berbalik dan melangkah kembali menuju tempat tidur, Zaki tidak melepaskan sedikit pun gerakan bu Lily. Sampai bu Lily berdiri dekat di depan Zaki dan berkata,”kamarnya udah di kunci Zack, dan gak ada yang akan mengganggu….” Zaki tidak langsung menjawab, menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, setidaknya untuk menyamarkan suara yang ada di ruangan. Bu Lily kembali duduk di pinggiran tempat tidur, dan membuka bra yang digunakannya. Zaki mendekat dan duduk di samping bu Lily… hmmm… nampak payudara itu masih montok dan kenyal, ingin Zaki langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya. Bu Lily yang memulai gerakan dengan melingkarkan lengannya ke leher Zaki, menarik wajah dan langsung melumat bibir Zaki dengan nafsu yang membara. Zaki membalas dengan tidak kalah sengit, sambil meladeni serangan bibir dan lidah bu Lily, tangan Zaki meremas payudara montok milik bu Lily. Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi alunan musik menambah gairah. Setelah beberapa saat, bu Lily mendorong lembut badan Zaki, menyudahi pertempuran mulut dan lidah, dengan nafas yang memburu. Zaki mendorong lembut tubuh bu Lily, berbaring terlentang dengan kaki tetap menjuntai di pinggiran tempat tidur. Dada yang penuh dengan gunung kembar itu seakan menantang dengan puting yang telah tegang. Tanpa menunggu lagi Zaki melaksanakan tugasnya menjelajahi gunung kembar itu mulai dari lembah antara, melingkari dan menuju puncak puting. Dengan gemas Zaki menyedot dan memainkan puting susu itu sambil tangan meremas payudara kembarannya ………………… “HHHH…. AHHH….MMMH….”suara bu Lily mulai kencang terdengar, desahan-desahan nikmat yang semakin menggairahkan. Zaki melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri lembah payudara menuju perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu Lily yang menggelinjang kegelian. Zaki menghentikan penjelajahan lidah, kemudian dengan cekatan menarik celana dalam bu Lily, melepaskan dan membuang ke lantai. Dengan spontan bu Lily mengangkat kaki ke atas tempat tidur dan memuka lebar pahanya, terlihat gundukan vagina dengan rambut-rambut yang tertata rapi. Zaki mulai kembali aksi dengan menjilati menyusuri paha bu Lily yang halus mulus, terus mendekat ke selangkangan menemui bibir vagina yang mulai mengeluarkan cairan senggama. Tanpa menunggu lama, Zaki menyapu cairan senggama itu dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah sepanjang bibir vagina bu Lily dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya yang membuat bu Lily mengerang kenikmatan,”AHHHH…. MMMMH… HHH… Zack….UHH…”desahan birahi yang memuncak dari bu Lily membuat Zaki semakin bersemangat dan sesekali lidah di julurkan mencoba masuk ke liang senggama yang menanti pemenuhan itu. Setelah beberapa menit Zaki mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Lily tidak sabar lagi menuntut pemenuhan hasrat birahinya,”Zack…. Ayo sayang… masukkin Zack… hhhh…mmmmh.” Suara bu Lily ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang. Dengan tenang Zaki menyudahi penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas mengacung penis dengan bagian kepala yang merah mengkilap. Bu Lily semakin membuka lebar pahanya, besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Zaki naik ke tempat tidur dan langsung mengarahkan batang penis ke arah vagina bu Lily yang dengan sigap lansung meraih dan meremas batang kemaluan Zaki dan membantu mengarahkannya tepat ke liang vaginanya. Dengan sekali dorongan penis Zaki amblas sampai setengahnya. Zaki menahan gerakan sebentar menikmati prosesi masuknya penis yang disambut desahan bu Lily,” AHHH….TERUSKAN ZACK….AHHH.” kemudian dengan meresapi masuknya penis sampai sedalam-dalamnya. Setelah dorongan pertama dan batang zakar yang masuk seluruhnya barulah Zaki memompa menaik turunkan pantat dengan irama beraturan seakan mengikuti irama musik yang terasa semakin menggebu dan hot. Zaki bertumpu pada kedua siku lengan sedangkan bu Lily mencengkam punggung Zaki, meresapi dorongan dan tarikan penis yang bergerak nikmat di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan alunan musik dan peluh mulai bercucuran di sekujur tubuh,”AH..AH..AH..MMH…MHH…HHHH.” tak hentinya desahan meluncur dari bibir Zaki dan bu Lily. Sesaat Zaki menghentikan gerakan untuk mencoba mengambil nafas segar, bu Lily memeluk Zaki dan menggulingkan badan tanpa melepas penis yang tetap berada di liang vaginanya. Dengan posisi di atas dan setengah berjongkok, bu Lily memompa dan menaikturunkan pantatnya dengan badan bertumpu pada lengan. Sesekali bu Lily memutar pantatnya dan kemudian memasukkan batang zakar Zaki lebih dalam. Zaki tak diam saja, tangan meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu bu Lily. Suasana makin membara dengan peluh yang bercucuran, sampai saat bu Lily seperti tak sanggup melanjutkan pompaan karena birahi yang hendak mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Zaki membalikkan posisi, bu Lily kembali berada di bawah, dengan mempercepat tempo dorongan Zaki meneruskan pertempuran. “Zack…AHH..AH..AH..UH…TERUS ZACK…. AHHH…AHH IBU SAMPAI…ZACK….AHHHHHHHHH… MMMMMHHH.” Setelah teriakan tertahan bu Lily mengatup bibirnya menikmati orgasme yang didapat, tubuhnya sedikit bergetar. Zaki merasa vagina yang mengalami orgasme itu berkedut-kedut seperti menyedot zakarnya.Zaki menikmatinya dengan memutar –mutar pantatnya dan memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa ada dorongan kuat menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Zaki kembali mendorong batangnya dengan cepat dan saat terakhir menarik keluar batanga zakarnya dan melepaskan air maninya di atas perut bu Lily…. Yang dengan cepat meraih penis Zaki dan mengocoknya sampai air mani itu berhenti muncrat, dengan lembut bu Lily mengusap penis yang mulai turun ketegangannya. Zaki membaringkan tubuhnya disamping bu Lily. Terdiam untuk beberapa saat. Bu Lily bangkit duduk meraih kain di pinggiran tempat tidur dan menyeka sisa air mani di perutnya. Kemudian dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Zaki. “makasih ya sayang… ini rahasia kita berdua… I love u Zack,” bisik mesra bu Lily di telinga Zaki. “mmm…baik bu…”belum sempat Zaki menyelesaikan ucapannya, jari telunjuk bu Lily menempel di bibirnya, “kalo lagi berdua gini jangan pangil ibu dong…”ucap bu Lily manja. “iya sayang….” Balas Zaki, senyum manis merekah di bibir seksi bu Lily. Setelah itu dengan cepat Zaki dan bu Lily merapikan pakaian, dan sebelum meninggalkan Zaki, bu Lily berbisik mesra,”sayang… tar malem suamiku gak ada di rumah….. aku tunggu di kamar ya… berapa ronde pun dilakoni buat Zaki sayang.” Sambil berpelukan mesra, Zaki menyanggupi ajakan bu Lily.

Birahi Di Tengah Sawah

http://www.cytotectablets.com/

Birahi di Tengah Sawah
akhirnya selesai juga UAS yang ngebetein..”, ujar Riri merasa lega sekali, ujian akhir semester genapnya selesai di laluinya. “oh iya, Ri..kita liburan kemana nih, kan kalo semester genap gini…liburnya lama banget n’ bikin bete…”. “bentar, kita omongin sekalian ama Lina n’ Intan..”. Riri dan Monica pun berjalan ke kelas, dimana Lina dan Intan ujian. Riri, Intan, Monica, dan Lina adalah 4 gadis yang menjadi bunga kampus, diidam-idamkan banyak lelaki di kampusnya. Setiap mereka berempat lewat, lelaki yang dilalui mereka akan diam terpaku dan menghentikan segala aktivitasnya hanya untuk memandangi mereka berempat berlalu. Bisa dibilang, mereka berempat memang tipe cewek yang suka menggoda lelaki. Setiap ada cowok yang menggoda mereka baik siul-siul, panggil-panggil, atau caper, pasti salah satu dari mereka akan menengok dan tersenyum manis. Mereka suka sekali dengan cowok yang sok-sok menggoda, tapi kalau ditanggapi langsung salah tingkah. Mereka pun tak pernah menolak jika diajak kenalan sehingga tak heran kalau mereka berempat punya banyak teman lelaki di kampus. “Mon, kemana nih yang enak liburannya?”. “mana ya? pantai?”. “bosen ah..”. “puncak?”. “ogaah…bosen parah..”. “hmm…”. “terus kemana dong?”. “hmm…”. “ke Bali?”. “hmm…gimana kalo liburan ini kita nyobain kerja-kerja kasar gitu?”. “kerja kasar? maksud lo?”. “yaa jadi buruh kek, petani kek, apa kek gitu, gimana?”, usul Intan. “ah gila lo, apa enaknya liburan kayak gitu?”. “yee justru itu…biar liburan kita beda gitu…bosen kan lo dugem, ketemu cowok-cowok ganteng n’ kaya yang suka banggain diri sendiri?”, jelas Intan yang memang agak beda dengan 3 temannya yang glamour meski dia juga tak kalah kaya dengan 3 temannya, tapi tetap saja, Intan sama ‘gila’nya dengan ketiga temannya. “mm…bener juga, gue juga dari dulu pengen ngerasain jadi peternak gitu deh..”. “okelah, tapi emangnya ada tempat yang kayak gitu?”. “dodol lo ah…kita cari profesi beneran aja..”. “hmm..gimana..sekalian aja taruhan..yang paling lama tahan, menang n’ dapet duit 5 juta, gimana?”. “bener yaa? siip deh..”. “tapi mesti ada bukti foto n’ video ya..”, ujar Riri. “oke kalo gitu..DEAL !!”. Hari pertama liburan, Lina bingung dengan tantangan teman-temannya. Dia mau mencoba jadi apa, tak pernah terbayang olehnya, melakukan pekerjaan kasar. Tapi, setelah dipikir-pikir, Lina juga penasaran tentang sisi berlawanan dari kehidupannya. Sisi kehidupan yang harus bekerja keras hanya untuk menyambung kehidupan satu hari saja. Saat sedang menggonta-ganti chanel tv, Lina menonton acara tentang para petani yang sedang menggarap sawah. “hmm…apa gue coba jadi petani ya?”. “tapi ntar kulit gue jadi item..”. Entah kenapa, pertimbangan-pertimbangan tadi seperti sirna di pikiran Lina. Sekarang, hanya ada perasaan semangat dan tak sabar. Lina sendiri tak mengerti, kenapa dia begitu ingin merasakan jadi petani, mungkin karena dia ingin sekali mendapatkan pengalaman baru. “hmm…gue tinggal ma Abah Dirman aja kali yaa?”. Lina teringat dengan orang yang dipercaya ayah Lina untuk mengurusi sawah keluarga Lina yang ada di kampung halamannya. Bagi Lina, Dirman sudah seperti keluarga sendiri. Dari kecil, Lina selalu diawasi Dirman jika main di sawah. Kalau dipikir-pikir, sudah lama ia tak bertemu Dirman. Sekalian maen aja ah, pikir Lina. Keesokan harinya, Lina pun mengemudikan mobilnya ke desa dimana ia menghabiskan waktu kecilnya. Saat Lina sudah dekat dengan rumah masa kecilnya, dia melihat seorang pria tua keluar dari rumahnya dengan memakai caping. Pria tua itu berhenti, mengamati mobil sedan berwarna silver itu. Tak lama kemudian, Lina keluar dari mobil dan berjalan ke arah pria tua itu. Keduanya saling mengamati satu sama lain. Wajahnya familiar, tapi tak kenal, pikir keduanya. “maaf, bapak ini siapa?”. “saya Dirman..neng ini siapa?”. “ya ampun Abaahh…”, teriak Lina senang dan langsung memeluk Dirman. Dirman kaget sekali, tiba-tiba dipeluk wanita cantik yang ada di depannya. “maaf, neng ini siapa?”, tanya Dirman masih bingung. “ya ampun..masa Abah gak kenal ama Lina..”. “ha? ini non Lina?”. “iyaa..”. “ya ampun non Lina…Abah ampe pangling non..”. “masa Abah lupa sih ama Lina?”. “ya bukannya gitu non, kan udah lama banget gak ketemu non Lina..”. “oh iya ya..terakhir pas Lina baru umur 11 yaa?”. “iya non..makanya Abah pangling..non Lina jadi cantik banget..”. “ah Abah bisa aja..”. “oh iya non Lina ada apa ke sini? biasanya bapak yang kesini?”. “ah nggak, Bah…Lina pengen maen aja ke sini..ama sekalian pengen belajar jadi petani…boleh kan, Bah?”. “boleh aja non, tapi kenapa tiba-tiba non pengen belajar jadi petani?”. “yaa…ada tugas dari dosen tentang kehidupan petani gitu, Bah…boleh kan?”. “yaa boleh lah, non…kan sawahnya bapaknya non Lina..”. “kalo gitu Lina ganti pakaian dulu deh..Abah tunggu bentar yaa…”. “sini non, Abah bawain kopernya..”. “Abah masih kuat?”, canda Lina. “masih dong, biarpun udah 53, masih kuat..ngangkat non Lina kayak dulu juga masih kuat..”. “wah…jangan Bah…dulu sih Lina demen diangkat Abah kayak kapal terbang, tapi sekarang ogah deh…hehe..”. “wah..kamar Lina masih bagus yaa..”. “iyaa non, setiap hari Abah ke sini buat rapihin rumah..”. “waah…makasih yaa, Bah..tapi tempat tidurnya kayaknya udah gak muat..”. “kalo gitu non Lina tidur di kamar bapak n’ ibu aja..”. “oh iyaa ya..”. Lina menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur orangtuanya seperti tak menghiraukan keberadaan Dirman. Pria itu kini berusia 53 tahun, baru kali ini ia melihat pemandangan yang begitu indah dari tubuh seorang gadis cantik. Memang Dirman sering memperhatikan Lina, tapi itu dulu saat Lina masih kecil. Berbeda sekali dengan sekarang. Melihat wajah Lina yang cantik, kulitnya yang putih mulus, ditambah dengan payudara Lina yang membusung ke atas dan posisi Lina yang terlentang pasrah memancing nafsu Dirman. Bapak tua itu merasa batang kejantanannya mulai bereaksi, mulai berkhayal yang tidak-tidak tentang tubuh anak majikannya itu. Pikiran-pikiran kotor singgah di otak Dirman melihat setiap lekukan tubuh Lina yang ada di pandangannya. Tentu tidak main-main kenikmatan yang bisa direngkuh dari tubuh seindah dan semulus tubuh Lina. Ingin sekali rasanya di pikiran Diman untuk meremas-remas kedua buah payudara yang sangat ‘menantang’ itu, tapi Dirman masih sadar dengan statusnya. Tak mungkin baginya yang hanya jongos bisa menikmati tubuh anak majikannya, Lina. Berkhayal pun, Dirman merasa tak pantas dan sangat menyesal. Tapi, di dalam hati Dirman, tentu ada khayalan tentang kenikmatan persetubuhan dengan Lina. “non Lina..Abah tunggu di luar yaa..”. “iya, Bah..makasih ya udah bawain koper Lina..”. “iyaa non…”. Lina pun tak mau membuat Dirman lama menunggu di luar. Gadis cantik itu langsung bangun dari tempat tidur. Celana jeans dan kaos yang begitu ketat membalut tubuh indahnya kini berada di lantai, hanya tinggal bra dan celana dalam yang menutupi bagian-bagian tubuh Lina. Bagian tubuh yang tentu bisa memanjakan kaum Adam dan membuat semua lelaki merasa di surga. Lina mengambil kaos dan hotpantsnya dari dalam koper. Lina sengaja mengenakan hotpants dan kaos yang longgar karena dia tahu udaranya pasti panas dan pasti tak enak jika memakai pakaian yang ketat. Lina membalurkan lotion cream ke seluruh bagian tubuhnya yang terbuka. Tentu saja dia tak ingin kulitnya yang putih mulus nan halus itu menjadi hitam dan tak sedap lagi untuk dipandang karena terbakar sinar matahari. Lina keluar dari dalam rumah, mendekati lalu mencolek Dirman. “ayo, Bah…kita ke sawah..”. Dirman terbengong melihat Lina. Sepasang kaki Lina yang jenjang nan indah bisa dilihat Dirman dengan sangat jelas. Dari paha Lina hingga ke betisnya benar-benar putih dan mulus, tak ada cacat atau lecet sedikitpun. Pemandangan itu membuat Dirman membayangkan nikmatnya mengelus-elus dan menciumi paha yang begitu putih mulus itu, apalagi jika sampai ke pangkal dari sepasang paha itu. Tanpa sadar, Dirman menelan ludahnya sendiri di depan Lina. “Abah kenapa?”. “nggak non…ayo non, ikut Abah ke sawah…”, Dirman agak grogi takut ketahuan sedang memandangi tubuh Lina. “ayoo !”, Lina bersemangat. Selama berjalan, Dirman berusaha keras mengenyahkan khayalan-khayalan nakalnya. Tak pernah ia bayangkan kalau gadis kecil yang dulu ia ajak bermain di sawah, ia jaga, ia anggap anak sendiri akan menjelma menjadi gadis yang begitu cantik. Dari dulu, Dirman memang menduga kalau Lina akan menjadi wanita cantik jika sudah dewasa, tapi sama sekali tak menduga kalau akan menjadi begitu cantik dan begitu seksi, sampai mampu membuat Dirman merasa muda lagi, hanya dengan melihatnya saja. Tanpa tahu diamati, Lina berjalan di depan Dirman sambil merekam kesana kemari dengan handycamnya. Dirman pun memandangi Lina dari belakang, bagian yang paling menarik perhatian Dirman tentu pantat Lina. Kalau saja, kalau saja, pikir Dirman. “Abah bawa apa sih tuh?”, tunjuk Lina ke rantang dan termos yang dipegang Dirman sambil mengarahkan handycamnya ke wajah Dirman. “ini non..makanan buat kita ntar..dibuatin ama Mbok Minah lho…”. “waaaahh…buatan Mbok Minah yaa..udah lama gak makan makanan buatan Mbok Minah..asiiik !!”, Lina kegirangan. “ini namanya Abah Dirman, petani dari desa Kolosari, umurnya 53 tahun..”, ucap Lina memperkenalkan sambil terus merekam Dirman. “halo gitu dong, Bah…”. Sambil malu-malu, Dirman tersenyum dan melambaikan tangannya ke kamera Lina. Tak lama kemudian, mereka berdua sampai juga di sawah. Hamparan hijau terlihat, segar sekali udaranya. “waah seger banget udaranya…beda ama udara kota…”. “iya donk non, makanya orang desa lebih sabar n’ gak gampang sakit..”. “kok lebih sabar? hubungannya apa, Bah?”. “yaa kan kalo udaranya sejuk n’ seger..bikin orang jadi rileks..jadinya gak gampang marah..gak kayak orang kota…”. “oh iyaa juga yaa..bisa aja si Abah…hahaha”. Dirman dan Lina berjalan ke saung/bale-bale, tempat yang biasa digunakan untuk istirahat. “oh iya non Lina, kok pake di rekam-rekam segala?”. “ini bukti..jadi dosen Lina percaya…”. “ooh gitu…”. Mereka berdua kembali ke sawah, terlihat ada beberapa orang bapak-bapak yang sedang menanam padi dan ada yang membajak sawah. Dirman memanggil semua orang yang ada di sekitar sawah itu. Ada 5 orang bapak-bapak dan 3 orang ibu-ibu. “kenalin, ini namanya nona Lina, anaknya Pak Waseso…nona Lina pengen belajar jadi petani buat tugas kuliahnya…bantu nona Lina..”. “iyaa !!”. Setelah memperkenalkan diri masing-masing, para petani wanita kembali menanam padi. Sedangkan, para petani pria genit terhadap Lina. Bertanya-tanya kepada Lina. Lina pun menjawab brondongan pertanyaan sambil terus tersenyum. Tentu saja pada genit. Jarang sekali bisa melihat gadis cantik yang begitu putih mulus. Meskipun ada kembang desa yang juga cantik, tapi tetap saja tak ada gadis di desa itu yang bisa menandingi keseksian tubuh Lina. “udah udah..sana balik kerja..”. Lina mengikuti Dirman ke petak sawah yang setengah terisi padi. Dirman pun masuk ke dalam. Dengan bantuan Dirman, Lina juga masuk setelah memakai boot yang dibawa Dirman tadi. “ayo, Bah..praktekkin caranya nanem padi..”. “gampang non..nih tinggal nancepin..nih..gini doang non”, ujar Dirman setelah menancapkan satu genggam padi. Dengan cepat Dirman sudah menanam sekitar 6 genggam padi. “coba sini, Bah…Lina mau coba..”. Dirman mengelap tangannya dan menerima handycam dari Lina. “ini gimana nih non?”. “udah..Abah tinggal arahin ke Lina aja kok..”. “kayak gini, Bah?”. “iyaa non..”. Lina baru menancapkan 3 genggam padi, tapi sudah berpeluh keringat. “susah juga yaa..hihihi..udah gitu gak lurus lagii…hehehe..”. Lina bertolak pinggang, melihat hasil kerjanya. Sama sekali beda dengan hasil tanam Dirman yang lurus seperti satu garis. “kok Abah bisa lurus gitu yaa?”, Lina bingung, Dirman yang hanya lulusan SMP bisa menanam padi dengan sangat rapih tanpa alat ukur. Sedangkan dia yang bersekolah dari TK sampai SMA ternama dan kuliah di universitas yang juga ternama sama sekali tak bisa menanam padi dengan lurus. “pake perasaan, non…”. “ini juga udah pake perasaan, Bah..hehe..”. “ya mungkin non belum biasa..”. “iya kali yaa..”. “yaudah, non tanem aja…ntar biar Abah yang benerin..”. “ok deh…”. Lina menanam beberapa genggam padi lagi hingga petak sawah itu hampir penuh. Bukannya bekerja, para petani lain malah asik melihat Lina yang serius menanam padi. Seorang gadis cantik mau berkotor-kotoran, menanam padi, dan bercucuran keringat, tentu mereka tak mau melewatkan pemandangan yang langka ini. “uuh, capek juga ternyata !”, ujar Lina mengelap keringat yang ada di dahinya dengan punggung tangannya setelah selesai memenuhi petak sawah dengan hasil tanamnya. “nih non lapnya..”. “sini, Bah kameranya..”. Dirman membetulkan padi hasil tanam Lina dengan mudah dan cepat. Lina kagum, tadi ia susah payah mengira-ngira jarak padi, tapi tidak rapih juga, beda sekali dengan Dirman. “nah udah rapi deh, non..”. “iyaa, rapi banget kalo ditanem ama Abah…”. “ayo non, kita ke saung yang tadi..kita istirahat, pasti non capek..”. “hehe, Abah tau aja..ayo, Bah…”. Mereka berdua kembali ke saung yang tadi. Dirman membuka rantang satu per satu. “waah…semur daging !!”. Lina makan dengan sangat lahap bagai orang yang tak makan berhari-hari. “ati-ati non keselek..”, canda Dirman sambil geleng-geleng kepala dan tersenyum. “aah..kenyang !!”. Lina dan Dirman mengobrol dan beristirahat di saung. Sesekali, Dirman curi-curi pandang ke bagian dada dan paha Lina. Dalam posisi duduk bersila, hotpants Lina semakin naik sehingga pahanya yang putih mulus semakin terekspos. Liur Dirman hampir menetes melihat paha yang sangat mulus itu. “Bah, abis ini kita nanem lagi?”. “gak usah, non..kita pulang aja..udah siang bolong..kasihan non Lina ntar jadi gosong..”. “ya elah, Bah..Lina udah pake tabir surya kok..”. “ya gak usah, non..lagian Abah pengen ngajak non ketemu Mbok Minah…”. “wah..ide bagus tuh, Bah…Lina juga udah kangen ama Mbok Minah..yuk, Bah..”. Setelah beres-beres, tanpa ragu-ragu Lina menggandeng tangan Dirman. Dirman agak kaget, tapi senang merasakan betapa halus dan lembutnya tangan Lina. Merasa seperti anak kecil lagi, Lina pun menggandeng Dirman dan ngelendot di bahu Dirman dengan manja. Dirman keringetan, aroma tubuh Lina yang begitu harum seolah memancing ‘juniorn’ya untuk bangun. “non, di depan jalannya sempit..”. “oh yaudah, Lina jalan duluan yaa..”. “iyaa non, tapi ati-ati non..kalo kepeleset bisa masuk ke situ..banyak lintahnya..”. “iya, Bah..”. “aakkhhh !!”, meski sudah hati-hati, Lina terpeleset. “byuurr…”. Lina terjerembab ke dalam kubangan yang keruh. Tubuh bagian bawahnya terendam. “non Lina !!!”. Dirman langsung menjatuhkan rantang, termos, dan handycam yang dibawanya lalu masuk ke dalam kubangan dan membantu Lina berdiri. “non Lina gak apa-apa?”. “gak apa-apa, Bah..makasih..”. “jangan gerak non, ada lintah..”. “waa..lepasin donk, Bah..”. “tenang, non..kita ke sana dulu..”. “aduuh, Bah..kaki Lina sakit..”. “sini, Abah papah..”. Dengan dipapah Dirman, Lina pun duduk di saung terdekat. Petani yang lain pun mengerubungi saung itu, ingin tahu apa yang terjadi. “pinjem korek”. “nih, Bah…”. Beberapa lintah yang ada di betis Lina pun bisa dilepaskan Dirman setelah lintah itu dibakar terlebih dulu. “ini, Bah..masih ada di paha Lina..”. Ada 4 lintah yang menempel di paha Lina bagian dalam. “maav, non..bisa diangkat dulu kakinya..”. “iya, Bah..”. Para petani yang mengerubungi saung pun seolah tak berkedip atau lebih tepatnya tak mau berkedip. Tentu mereka tak mau melewatkan detik-detik pembukaan ‘warung’ Lina. Lina mengangkat kedua kakinya ke atas saung, dan tanpa disuruh Lina melebarkan kedua kakinya ke samping kiri dan kanan seperti huruf M. Pandangan mata para lelaki yang ada di sekitar Lina berubah bagai pandangan serigala saat melihat ada mangsa. 5 pasang mata, semuanya tertuju ke daerah yang paling intim dari tubuh Lina. Bukannya tak menyadari, Lina sadar betul, semua yang ada di sekitarnya tidak memperhatikan lintah yang ada di pahanya melainkan daerah yang ada di tengah-tengah selangkangannya. Ada rasa hangat yang dirasakan Lina muncul dari dalam tubuhnya. Rasa panik melihat lintah yang tadi dirasakan Lina kini berubah menjadi sedikit rasa semangat dan gairah. Pandangan-pandangan liar para petani membuat Lina merasa dirinya begitu terekspos dan begitu ‘terbuka’ seolah-olah tak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya. Pikiran liar pun singgah di pikiran gadis kota yang cantik jelita itu. Di dalam pikirannya, Lina membayangkan dirinya bugil sementara Dirman sedang memeriksa vaginanya (vagina Lina) sebelum digunakan beramai-ramai oleh para petani yang sudah tak sabar ingin menjejalkan alat kelamin mereka ke dalam liang sempit milik Lina. Tanpa sadar, kedua kaki Lina semakin terbuka lebar. Bukannya melepaskan lintah, tapi Dirman malah bengong, tatapan matanya fokus ke tengah-tengah selangkangan Lina yang ada tepat di hadapannya. Dirman ingin sekali merobek celana Lina, penasaran ingin melihat apa yang ada di dalamnya. Pastilah indah alat kelamin yang dimiliki seorang gadis cantik seperti Lina, pikir Dirman. Otak Dirman pun kembali normal. Dirman membakar semua lintah yang ada di paha bagian dalam Lina. “udah non…”, ujar Dirman. “makasih, Bah…”. Lina mengelap sedikit sisa-sisa darah yang ada di pahanya. “non Lina gak apa-apa?”, tanya seorang petani. “iya gak apa-apa kok, Pak Abdul…”, jawab Lina sambil tersenyum. “non bisa jalan?”. “bentar, Bah…”. Lina limbung ketika menapakkan kedua kakinya dan mencoba berdiri. Dengan sigap, Dirman memeluk Lina agar Lina tidak terjatuh. “kaki Lina sakit banget, Bah..”. Semuanya merasa iri dengan Dirman yang bisa memeluk dan memegang tubuh indah Lina. “kalo gitu Abah gendong non Lina ampe rumah yaa?”. “iya, Bah..”. Lina pun langsung nemplok ke punggung Dirman setelah Dirman jongkok. Lina pun mengalungkan kedua tangannya ke leher Dirman. “maaf ya non..”. “iya, Bah..gak apa-apa kok..”. Dirman merapatkan kedua tangannya untuk menampung pantat montok Lina. “semuanya, Lina pulang dulu ya..”. “iyaa, non..moga cepet sembuh..”, jawab para petani seperempak yang sebenarnya sangat iri kepada Dirman. “udah lama gak digendong Abah kayak gini..”. “iya non..udah lama juga..”. Emang udah lama, tapi gak pernah seenak ini gendong lo, toket lo empuk banget, pikir Dirman. Payudara Lina yang masih terbungkus bh dan baju itu menempel erat di punggung Dirman sampai kelihatan menyatu dengan punggung Dirman. Meski agak bau sinar matahari, Lina merasa nyaman digendong Dirman sampai tak terasa tertidur, mungkin karena kelelahan juga. “non udah nyampe..”. “haa?? mm…”, ujar Lina sambil mengucek-ngucek matanya. Lina melepaskan rangkulannya di leher Dirman. Dengan bantuan Dirman, Lina pun bisa nyaman selonjoran di kasurnya. “kaki non Lina masih sakit?”. “iyaa nih, Bah…masih agak sakit..”. “mau Abah pijetin kakinya?”. “boleh, Bah..”. “bentar yaa non, Abah pulang dulu..ambil minyak..”. “iyaa, Bah..jangan lama-lama ya…”. Dirman keluar kamar, sementara Lina memikirkan peristiwa di sawah tadi. Tak pernah ia merasa begitu nakal dan begitu liar. Rasa penasaran pun muncul di benak Lina. Entah darimana pikiran itu, tapi rasanya sekarang Lina ingin sekali melihat kejantanan Dirman. Meski sudah tua, tapi Dirman masih terlihat bugar dan kekar. Vaginanya terasa hangat dari dalam, seperti butuh sentuhan. Tangannya mengelus-elus daerah pribadinya sendiri. “hmmm”. Sebuah batang yang hitam, besar, dan berurat terbayang di pikiran Lina. Semakin ‘gatal’ rasanya sehingga tangannya pun semakin aktif. Sebagai pemiliknya, Lina tahu kalau daerah intimnya perlu sentuhan. Lina pun menyusupkan tangannya ke dalam hotpantsnya. “uuuhhhmmm”. Usapan-usapan lembut pada bibir vaginanya sendiri terasa begitu ‘menenangkan’. Jari tengahnya naik turun tepat di tengah-tengah belahan bibir vaginanya. Lina pun memejamkan matanya, meresapi gerakkan jarinya. Gemas dengan rangsangan ‘lembutn’ya sendiri, Lina menyusupkan 2 jarinya masuk ke dalam liang vaginanya yang ‘panas’. “eemmm…mmmm..”, 2 jarinya bergerak keluar masuk dengan penuh sensasi. Lina sadar ada sepasang mata yang sedang mengamatinya. Lina membuka matanya. Dirman sudah ada di sebelah ranjangnya, sedang berdiri dan memandangnya. Bukannya berhenti, Lina malah mengeluarkan tangannya dan langsung menuntun tangan Dirman masuk ke dalam hotpantsnya. “Baah, tolong Linaa…”, desah Lina dengan suara yang begitu menggairahkan dan begitu ‘memancing’. Dengan insting pria sejati yang berorientasi sex lawan jenis (normal), tanpa ragu-ragu Dirman mulai meremasi isi dari hotpants Lina. “ooohh yeeaahhh disiituu Baah !!! teeruuss Baahh !! uuummhhh…”, Lina semakin menggila saat 2 jari Dirman mulai mengebor vaginanya. Tanpa ragu-ragu, tangan Dirman yang satu lagi merayap masuk ke dalam kaos Lina dan langsung meremasi payudara yang empuk nan kenyal yang ada di dalamnya. “EEENNGGHHH !!!”, lenguh Lina panjang, tubuhnya menegang. Dirman mengeluarkan tangannya. Tanpa di suruh, Dirman menarik hotpants Lina beserta celana dalamnya dan membuangnya ke lantai. Bagai mimpi, Dirman tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tak percaya dengan pandangannya, vagina kecil yang dulu sering ia sentuh dan ia cuci kini begitu indah, begitu menggiurkan. Tanpa ragu-ragu, Dirman menempatkan kepalanya di antara selangkangan Lina. Dirman membenamkan kepalanya di selangkangan Lina yang sangat wangi. Merasa ada yang menginvasi daerah pribadinya, secara alami Lina merapatkan kedua pahanya, menjepit kepala Dirman yang ada di tengahnya. Hidung Dirman menempel di belahan vagina Lina. Dirman menarik nafas dalam-dalam, menghirup ‘aroma therapy’ yang berasal dari vagina Lina. Beda sekali dengan punya istrinya yang bau amis. Memek cewek cakep emang beda, pikir Dirman. Lidah Dirman pun menjulur keluar, menyentuh kelamin Lina. “ehhh..”, tubuh Lina langsung bereaksi saat benda lunak dan hangat melakukan kontak fisik dengan alat kelaminnya. Dengan rakusnya, Dirman melahap vagina Lina habis-habisan. Tak henti-hentinya, lidah Dirman menyapu setiap jengkal dari daerah segitiga majikannya yang cantik itu. Mungkin hanya kali ini bisa merasakan vagina yang seharum dan seenak ini, pikir Dirman. Lidahnya terus menggali, menggali, dan menggali lebih dalam lagi ‘tambang’ yang ada di hadapannya sehingga Lina pun menggeleng-gelengkan kepala, menggeliat-geliat, kedua pahanya semakin menjepit kepala Dirman. “oooohhhh !!! teeruuusshhh Baaahhh !!!! makan memek Linaa seepuaasnyaaaa !!!!”, teriak Lina lepas, tak terkontrol. “iyaaaa Baahh !! jilatin memek Linaa !!! memek Linaa punya Abaaahhh !!!! ooohhhh !!!”. Mendengar perkataan-perkataan kotor yang keluar dari mulut gadis cantik seperti Lina membuat semangat Dirman berapi-api seperti prajurit yang bersemangat menghadapi perang. Lina menekan kepala Dirman agar lebih menempel dengan vaginanya. “aaahh aahhh aaahh AAAAKKKHHHH !!!!”, Lina mengejang hebat, kedua pahanya menjepit kepala Dirman dengan sangat kencang, perutnya agak ke atas. “ssrruupphhh !!!!”, Dirman tak menyia-nyiakan ‘sumber mata air’ Lina. Semuanya habis diseruput Dirman, cairan yang tertinggal di liang vagina Lina pun sampai tak ada karena terserap lidah Dirman yang masuk kembali. Selesai meminum inti sari dari kelamin nonanya sampai terkuras habis tak bersisa, Dirman mengangkat kepalanya menjauh dari selangkangan Lina. Dengan sangat tergesa-gesa, Dirman membuka celana dan celana dalamnya sendiri. Kedua mata Lina langsung tertuju ke benda yang ada di tengah-tengah selangkangan Dirman. Benda itu terlihat begitu kokoh. “masukkin, Bah…”, lirih Lina meminta Dirman untuk menyumpal vaginanya. Kedua kaki Lina terbuka dengan sangat lebar, Lina juga menyibakkan bibir vaginanya sendiri untuk mengundang burung Dirman agar segera masuk ke dalam. Tanpa perlu disuruh, pucuk penis Dirman pun sudah mencium lubang vagina Lina. “masukkin, Baah..”, pinta Lina dengan melirih. Dirman memajukan pinggulnya perlahan, kepala penisnya mulai mendobrak masuk ke dalam liang kewanitaan Lina. “heemmhhh….”, Lina merasa bagian bawah tubuhnya benar-benar penuh, penuh sesak dengan batang besar milik Dirman yang semakin masuk ke dalam. Sensasi yang belum pernah dirasakan Dirman, batangnya terasa begitu terjepit dan terasa seperti diurut dan dipijat. Seluruh batang Dirman telah tertancap di dalam liang vagina Lina dengan sangat kokoh. Dirman tak bergerak, diam sejenak untuk menikmati liang vagina Lina yang begitu hangat dan begitu sempit. Dirman merasa penisnya seperti dicengkram dengan sangat kuat oleh dinding vagina Lina. Belum lagi rasa hangat yang menyelimuti penisnya. Desahan-desahan pelan mengalun lembut dari mulut Lina saat Dirman mulai menggerakkan tongkatnya. Dirman agak kesusahan menarik dan juga mendorong penisnya, rasanya liang rahim Lina terlalu sempit. Tapi dengan penuh kelembutan, Dirman terus berusaha memompa penisnya dengan perlahan. “oohh ooouuhh uummhh..iyaa, Baahh !! enaak, Baahh !!!”, racau Lina merasa nikmat yang luar biasa di bagian bawah tubuhnya. Dirman terus ‘menggasak’ liang vagina Lina. Menyodoknya dengan penuh perasaan namun cukup kuat untuk membuat Lina tersentak-sentak. “ookkhh…ookkhh..ookkhh…”, Lina mengerang keenakan saat Dirman menyodok vaginanya sampai mentok. Si pria tua itu terus menggenjot dengan ritme pelan agar si gadis cantik yang sedang digenjotnya bisa membiasakan diri terlebih dulu. Kedua tangan Dirman pun menangkup dan menggenggam ‘kemasan susu’ Lina. Meremasi payudara Lina yang terasa sangat empuk dan kenyal itu. Kaki Lina pun melingkar erat di pinggang Dirman. Keduanya masih mengenakan kaos, tapi alat kelamin mereka sudah menyatu. Berpikir Lina sudah mulai terbiasa, Dirman mulai mempercepat genjotannya. “OOOUUHHH !!!”, Lina mengeluh panjang lagi, gelombang orgasme melanda tubuhnya. “hhhh…”, nafas keduanya menderu-deru, bulir-bulir keringat Dirman jatuh membasahi tubuh Lina yang juga tak kalah basah oleh keringat. Kedua insan itu bercinta dengan sangat bergairah, begitu menggelora. Desahan-desahan penuh kenikmatan keluar dari mulut keduanya. Keduanya saling berpelukan dengan erat sementara alat kelamin mereka terus bergesekkan semakin cepat dan tanpa henti. “ooh ooohh OOOKKHHH !!!!”, erang Dirman melepas orgasmenya. “BAAAAAHHH !!!”, Lina juga mengerang lepas. Keduanya sama-sama meraih puncak kenikmatan yang mereka bangun bersama-sama. Rasa hangat dan becek terasa oleh Lina di liang kewanitaannya. Mata Lina sayup-sayup, semakin tak jelas pandangannya. Rasa lelah karena di sawah hampir seharian ditambah habis digempur pria tua dengan ‘senjatan’ya yang bukan main membuat Lina tak bisa menahan rasa kantuknya. Dia pun tertidur tanpa memikirkan batang Dirman yang masih ‘menyangkut’ di vaginanya. Saat Lina terbangun, Lina mendapati dirinya sudah berselimut. Lina pun membuka selimutnya. Lina tersenyum saat melihat cairan putih yang meleleh keluar dari vaginanya. Lina bangun dan membuka kaos beserta bhnya lalu menuju kamar mandi. “aah segeerrr…”. Air dingin mengucur dari pancuran membasahi tubuh indah Lina. Dia mengambil shower dan menyemprotkan air ke daerah intimnya untuk membersihkan alat kelaminnya yang telah ‘dinodai’ Dirman. Lina menyabuni setiap jengkal dari tubuhnya. Tubuh Lina pun kembali segar dan wangi. Lina melilitkan handuk ke tubuhnya yang basah. Handuknya yang bisa dibilang kecil hanya bisa menutupi payudara sampai 5 cm di bawah ‘lembah’ miliknya. Saat dia duduk di kursi meja rias, handuknya pun terangkat saking pendeknya. “kruuukk…”. Perut Lina pun berbunyi kencang. Perutnya keroncongan, minta diisi dengan makanan. “aduuh..pantes aja gue laper banget..udah jam segini…”. Lina pun mengambil hpnya dan menghubungi nomor rumah Dirman. “halo, siapa ini ?”. “ini Lina…ini Mbok Minah bukan ?”. “ooo yaa ampun !! neng Lina ??! apa kabar ? iyaa, ini Mbok Minah”. Lina dan Mbok Minah pun berbicara lewat telpon bagai 2 orang sahabat yang sudah lama tak bertemu. “oh iyaa, Mbok..Abah ada ?”. “iyaa ada, neng…kenapa ?”. “Lina laper banget nih, Mbok..”. “oh, iya neng, iya neng..nanti Mbok suruh Mas Dirman nganter makanan ke neng…”. “masakan Mbok kan yaa ?”. “iyaa, neng..”. “asiiik ! jangan lama-lama ya, Mbok..”. “iyaa, neng..”. “oh iyaa..kaki neng Lina udah agak mendingan ?”. Lina pun menggerakkan kakinya dan berdiri, rasa sakitnya sudah hilang meski masih agak ngilu sedikit. “udah nggak, Mbok…dipijitin Abah sih…”. “iyaa, kata Mas Dirman, neng Lina sampai ketiduran gara-gara dipijit kakinya”. “iyaa, Mbok..habis enak siih..”, ujar Lina senyum-senyum sendiri. Bukan ketiduran gara-gara dipijet, tapi gara-gara disodok-sodok, pikir Lina. “yaudah ya, Mbok…jangan lama-lama makanannya..hehe”. “beres, neng..”. Lina menyudahi pembicaraannya. Lina baru sadar kakinya sudah agak mendingan, tidak terlalu nyeri seperti sebelumnya. “pasti Abah mijitin kaki gue pas gue tidur”, ujar Lina berbicara sendiri. Meski kakinya terasa agak mendingan, tapi ada bagian lain yang terasa lebih ngilu yaitu daerah selangkangannya. Tapi, rasa ngilu itu tidak terlalu terasa karena Lina sedang duduk. Lina bersenandung sambil terus menyisir rambutnya. Entah darimana, Lina merasa senang sekali, tak sabar menantikan kedatangan Dirman. Lina hanya tahu satu hal, Dirman adalah satu-satunya pria yang mampu memberikan kepuasan batin yang begitu maksimal dari semua laki-laki yang tidur dengannya. Tubuhnya benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh pengurus sawah ayahnya itu. Meski selangkangannya jadi terasa agak ngilu, Lina ingin sekali merasakan sensasi sodokan-sodokan Dirman lagi. Terngiang-ngiang sensasi nikmat dari sodokan penis Dirman membuat Lina semakin tak sabar menunggu pria tua yang tadi telah menyetubuhinya itu. “tok tok tok !!”. “iyaa sebentar !!”, jawab Lina dengan agak berteriak. “adu duu hh..”, rasa ngilu terasa di pusat daerah intimnya saat dia ingin berjalan cepat menuju pintu. Lina pun berjalan pelan dengan kaki agak terbuka dari biasanya. “eh, Abah…udah Lina tungguin dari tadi..”. “iya..aa, non..maaf lama..”, Dirman merasa jadi canggung berhadapan dengan majikannya apalagi hanya handuk mini yang melilit di tubuh Lina. Ekspresi wajah Lina tak kelihatan kesal atau marah malah kelihatan senang. Masih segar ingatan Dirman akan tubuh indah Lina yang tak tertutup apa-apa sehingga Dirman memandang Lina seolah tembus pandang, tahu bagaimana bentuk dan setiap lekuk tubuh Lina meski tertutup handuk. “ayo, Bah..Lina udah mau mati nih…hehe..”. Dirman pun langsung ke dapur dan segera kembali dengan piring penuh dengan nasi. Lina yang duduk di kursi meja makan pun langsung menerima piring dari Dirman dan langsung menuang berbagai lauk yang ada di rantang yang tadi di bawa Dirman ke beberapa piring kosong yang memang sengaja disediakan di atas meja makan. “ayo, Bah..kita makan yuuk…”. “gak usah, non…non Lina aja yang makan..”. “ayoo dong, Bah…kita makan bareng..masa Lina makan sendirian..”. “ng..nggak usah, non..”. Dirman benar-benar merasa tak enak kepada Lina. Padahal tadi dia telah mengambil keuntungan dari tubuhnya dan memperkosanya, tapi kenapa majikannya masih tetap baik malah seperti tak terjadi apa-apa, pikir Dirman. “ayoo dong, Bah…kalo Abah gak makan, Lina marah nih..”, ujar Lina dengan nada agak manja. “i..i..iya deh non..”. Dirman pun pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan ikutan makan dengan Lina. Gadis cantik itu makan dengan lahap. “aahh kenyaaang !!!”. Dirman tak berani menatap mata Lina, rasa bersalah dan takut gara-gara peristiwa itu meski Lina tak menunjukkan ekspresi marah. “non Lina..”. “iya, Bah ?”. Dirman langsung sujud di kaki Lina. “maaf..maafin Abah, non…Abah bener-bener minta maaf..Abah rela dipecat, non…tapi tolong jangan laporin Abah ke polisi…”, pinta Dirman memelas dengan nada suara orang yang hampir menangis. “diri, Bah…”, ujar Lina sambil berdiri. Dirman benar-benar takut akan dilaporkan ke polisi oleh gadis cantik yang ada di hadapannya karena telah memperkosanya. Dirman berdiri dan memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk memandang mata Lina. “gak apa-apa kok, Bah..”, jawab Lina dengan senyuman manis menghiasi wajahnya. “ha ? apa, non ?”, jawaban yang sama sekali tak diduga-duga membuat Dirman menjadi bingung. Sambil tersenyum, Lina membuka lilitan handuknya. Handuk itu pun langsung lolos turun ke bawah. Tubuh telanjang Lina tepat berada di depan Dirman. “iya, Bah..Lina gak marah kok…”, jawab Lina, nada suaranya begitu manja, seperti seorang istri yang sedang ingin bermanja-manjaan dengan suaminya. Dirman masih tak percaya, semuanya berjalan terlalu lancar bagaikan mimpi saja, Dirman sama sekali tak pernah membayangkan keadaan ini dimana dengan keadaan sadar, Lina telanjang bulat di hadapannya. “non Lina bener-bener gak marah ?”. Lina tersenyum, dia menuntun kedua tangan Dirman ke belakang tubuhnya dan menaruh di bongkahan pantat kanan dan kirinya lalu mengalungkan kedua tangannya ke leher Dirman. “beneer, Abah…malaahh…”, nada suara Lina kini berubah menjadi sangat ‘memancing’. Lina mendekatkan bibirnya ke kuping Dirman. “kalau Abah mau lagi..Lina gak keberatan kok..”, bisik Lina menggoda. Ucapan yang terlontar dari mulut Lina terdengar begitu merdu di telinga Dirman, seperti nada-nada lagu yang sangat indah. “bener, non ?”, Dirman masih tak percaya padahal jelas-jelas kedua tangannya menggenggam pantat montok gadis cantik itu. “Abah masih gak percaya ?”. Tanpa ba-bi-bu, Lina menempelkan bibirnya ke bibir Dirman yang agak hitam. “eeemmhh..emmhhh..ccpphhh”. Keduanya saling pagut, saling bergantian melumat dan menghisap bibir satu sama lain. Memang beda rasanya jika cipokan dengan gadis yang masih muda dan sangat cantik, bibirnya terasa lembut dan seperti ada rasa buah anggur di bibirnya, pikir Dirman. Lina pun tak bergerak membiarkan bibirnya dipagut, dilumat, dihisap, dan dikulum habis-habisan oleh pria tua yang ada di hadapannya sekarang. Sesekali Lina menjulurkan lidahnya untuk menjadi ‘makanan’ Dirman. Enak sekali rasanya mencumbu bibir yang begitu lembut dan empuk sampai Dirman tak mau berhenti melumat bibir Lina untuk waktu yang cukup lama. Lina pun tak berusaha melepaskan diri, dia begitu meresapi dan menikmati cumbuan Dirman bahkan sampai memeluk Dirman dengan sangat erat bagai memeluk kekasihnya saja. Tangan Dirman pun sudah mulai beraktifitas. Asik sekali Dirman meremas-remas kuat bongkahan pantat Lina yang ada di genggaman tangannya. Tabokan dan cubitan pun dilayangkan Dirman ke pantat Lina yang memang empuk, sekel, padat, dan kenyal sehingga tak heran kalau Dirman jadi begitu gemas dibuatnya. Ternyata ini arti mimpinya kemarin, mimpi ketiban durian runtuh. Dirman kira itu artinya dia akan mendapatkan rejeki nomplok, tapi rupanya bidadari nomplok. Tak ada rezeki yang lebih baik dari sex gratis dengan gadis muda nan cantik yang mau disetubuhi dengan senang hati tanpa paksaan sedikit pun, pikir Dirman. Dirman pun menarik bibirnya setelah sangat puas mencumbu Lina. Keduanya megap-megap kekurangan oksigen. Lina dan Dirman saling menatap mata satu sama lain. Pandangan mata Lina adalah pandangan wanita yang sudah ‘on fire’, siap untuk digempur habis-habisan. Pandangan mata Dirman pun menunjukkan kalau dia sudah tak sabar ingin merengkuh kenikmatan dari tubuh gadis cantik yang ada di hadapannya. Tak sabar ingin menggeluti tubuh indah Lina untuk kedua kalinya, tidak, mungkin sampai 3x, tidak, pokoknya sampai burungnya tak mampu lagi berdiri dan persediaan sperma di kantung zakarnya habis tak bersisa. Sementara itu, telah terjalin suatu chemistry antara alat kelamin Lina dan Dirman. Vagina Lina seperti kutub utara sementara burung Dirman bagai kutub selatan yang membentuk medan magnet yang membuatnya saling tarik menarik dan ingin bertemu. Vagina Lina tak sabar ingin merasakan panjang dan diameter dari tongkat Dirman dan penis Dirman tak mau menunggu lagi untuk merasakan kehangatan dan sempitnya celah kecil yang ada di tengah-tengah selangkangan Lina. Karena sudah mengantongi izin, Dirman langsung menggendong Lina dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tak beberapa lama kemudian, bunyi ranjang yang bergerak-gerak serta desahan, lirihan, dan rintihan keduanya pun terdengar dari dalam kamar. Hanya ada mereka berdua di dalam rumah itu sehingga mereka bisa mengekspresikan kenikmatan yang sedang mereka rasakan sesuka hati. Entah berapa jam sudah Lina dan Dirman berada di dalam kamar. Keduanya tak keluar-keluar kamar sedari tadi. Bahkan turun dari ranjang pun keduanya tak mau. Bagai malam pertama, Lina dan Dirman layaknya sepasang pengantin baru yang sedang bersetubuh dengan penuh gairah dan nafsu yang sangat menggelora. Dirman merasa nafsunya tak menurun malah semakin naik melihat Lina yang terkulai pasrah di hadapannya. Lina pun merasa puas, senang, dan ingin lagi dan lagi untuk disetubuhi Dirman. Sodokan-sodokan Dirman benar-benar membuat Lina mabuk dalam kenikmatan. “non Lina…”, bisik Dirman yang sedang memeluk Lina dari belakang karena sedang istirahat. “iyaa, Bah ?”, jawab Lina dengan nada manja. “boleh minjem telpon sebentar ?”. “iyaa, Bah..ada di meja rias..”. Dirman pun turun dari ranjang dan mengambil hp Lina. “halo, Mbok ?”. “halo, ini siapa ?”. “ini Mas, Mbok”. “oh Mas Dirman, ada apa ?”. “Mas nginep di rumah non Lina..dia takut sendirian..”. “oh ya udah..inget Mas, jangan macem-macem ama neng Lina..”. “iya, Mbok..”. Dirman pun menutup telpon dan menaruhnya kembali di tempat semula. “iih..Abah boong ke Mbok..”, ledek Lina. “hehe…bosen tidur bareng Mbok..enakan tidur ama non Lina…”. “iih Abah porno iih..”. “hehe…”. Dirman pun memandangi Lina. Tubuhnya berkemilauan terkena cahaya karena keringat ditambah air liur Dirman. Belum lagi selangkangan Lina yang belepotan sperma pria tua itu. Tak disangka, gadis kecil yang dulu dijaganya kini berubah menjadi wanita yang sangat cantik dan begitu montok. Dirman pun merasa dia sedang mengambil haknya, upahnya untuk mengambil keuntungan dari tubuh Lina yang dijaganya. “Abah kok ngeliatinnya gitu sih?”, Lina pura-pura menutupi kedua buah payudara dan vaginanya dengan kedua tangannya. “hehe..pake ditutupin segala, non…”. Lina pun tersenyum dan membuka kedua tangannya ke atas seperti orang yang sudah siap dipeluk. “sini, Bah…”, ajak Lina dengan sangat menggoda yang sudah siap ‘menerima’ Dirman. Tak perlu dipaksa, Dirman langsung menomplok Lina dan menggumuli gadis cantik itu sampai larut malam, sampai staminanya habis dan tongkatnya tak mampu berdiri lagi, habis sudah persediaan spermanya seperti niat Dirman pada awalnya. Keduanya tidur dalam berpelukan, tidur mereka benar-benar pulas karena kecape’an, tapi ekspresi wajah mereka menunjukkan kepuasan yang tiada tara. Hari-hari dilalui Dirman dan Lina dengan penuh kebahagiaan dan penuh kesenangan. Lina pun memutuskan untuk memakai pakaian seperti ibu-ibu petani lainnya agar benar-benar meresapi menjadi ibu petani. Pagi-siang Dirman melakukan kewajibannya untuk mengajari Lina. Sore-malam Dirman meminta haknya kepada Lina yang dengan senang hati melakukan kewajiban lainnya dari ibu petani yaitu memberikan tubuhnya kepada bapak petani, yang tak lain dan tak bukan adalah Dirman, untuk ‘digarap’ sesukanya. “iih, Abah…maen ngintip aja..”, canda Lina saat Dirman membuka lipatan kain Lina untuk melihat isinya. “hehe…Abah pengen liat aja..”. “tapi jangan di sini, Bah..ntar keliatan orang..”. “iyaa deh non..hehe..”. Dirman benar-benar senang mengusili Lina karena Lina tak pernah marah meskipun dia sering iseng menyelipkan tangan ke dalam baju dan kain Lina untuk menyentuh ‘onderdil’ gadis cantik itu saat sedang istirahat di saung. Tak ada yang tahu kegiatan mereka berdua selain di sawah. Hanya handycam Lina yang menjadi saksi bisu yang meliput kegiatan Lina di sawah dan aktifitas panasnya di ranjang bersama Dirman. Lina pun tak sabar ingin menunjukkan rekamannya kepada teman-temannya yang sama ‘gila’ dengan dirinya.

Pembokat Jadi Pelampiasan Nafsuku

http://www.online-vimaxpil.com/2014/12/perangsang-wanita-blue-wizard.html

Cerita Porno: Pembokat Jadi Sasaran Pelampiasan Nafsuku| Cerita Porno 2014 – Ketika anak saya berumur satu tahun saya pindah rumah. Kami sering berganti-ganti pembantu. Paling lama mereka hanya bertahan satu tahun. Yang pertama dengan seorang gadis bernama Dayah. Usianya saat itu 26 tahun. Dia kami peroleh di sebuah penampungan PRT, semacam sebuah yayasan. Saat itu istri saya sedang memilih-milih sejumlah PRT yang ditawarkan pengelola. Lalu saya lihat istri saya berbicara dengan gadis itu. Beberapa saat kemudian istri saya menghampiri saya. “Gimana kalau dia saja?” tanyanya. Saya bingung. Kalau melihat bagaimana gadis itu bersikap terhadap anak saya, rasanya dialah yang kami cari. Percayalah. Dia terlampau cantik sebagai PRT. Kulitnya coklat bersih. Tinggi sedang, ramah, periang. Dan, waduh. Teteknya sangat besar. Akhirnya gadis bernama Dayah itu kami ambil. Saya benar-benar tergoda oleh semua yang ada dalam diri Dayah. Kecantikannya, kebersihan kulitnya, teteknya, keramahannya. Dua bulan sejak dia ikut kami, saya sudah mulai punya pikiran kotor. Saya mulai mencari cara untuk bisa meniduri Dayah. Maukah dia? Serangan terhadap Dayah saya lakukan pada suatu malam ketika istri saya keluar kota. Birahi saya muncul sejak siang. Istri saya berpesan kepada Dayah supaya kalau malam Nisa tidur dengan dia. Soalnya istri saya paham betul tabiat saya kalau tidur malam. Sejak sore Nisa bersama saya, bercengkerama di depan TV, lalu tertidur sekitar jam 19.00. Saya tiduran di sebelahnya sambil nonton TV. Tapi sebenarnya pikiran saya sedang kacau oleh birahi dan keinginan untuk menikmati tubuh Dayah. Tetek gadis itu benar-benar sangat menggoda saya. Seperti apa rupanya tetek besar seorang pembokat? Saya ingin meremas-remasnya, ingin mengulum dan menjilatinya. Saya tiduran dengan berbalut sarung, tanpa baju. Hanya CD saja. Jam 20.00 Dayah meminta Nisa untuk dibawa ke kamarnya. Saya pura-pura menolaknya. “Sudah biar tidur sama saya saja,” kata saya. Saya diam saja. Gadis itu mengenakan kaos denga rok span di atas lutut. Dia duduk melipat lutut di sebelah Nisa. Hmm. Sepasang pahanya yang putih tersembul dari roknya. “Sudah kamu tiduran di situ dulu nanti kalau sudah waktunya aku bangunin terus kamu bawa Nisa ke kamarmu,” kata saya. Perangkap saya pasang. Dia tampak ragu dan bingung. “Sana ambil bantal kamu!” perintah saya. Dia beranjak. Sebentar kemudian datang lagi dengan membawa bantal dan selimut. Dia rebahkan tubuhnya di sisi Nisa. Dia balut tubuhnya dengan selimut. Tenggorokan saya seperti tersekat. Kering. Haus rasanya. Saya tidur dengan Dayah hanya dibatasi si kecil Nisa. Dayah mencoba memejamkan mata. Sesekali melirik ke arah TV. Lalu saya tidur menghadap ke arahnya. Memandanginya. Rupanya dia tahu saya memandangi. Sekilas dia memandang saya, lalu memejamkan mata. Saya memandangi terus. Semakin kagum, dan semakin panas dingin tubuh saya. Penis saya sudah tegang sejak tadi. Saya bingung bagaimana mengawali. Maukah Dayah menerima saya? Pikiran saya mulai kacau. Antara berani dan tidak. Saya mencoba tersenyum kepadanya ketika dia melirik saya. Dia tak bereaksi. Tampaknya dia tahu apa yang berkecamuk dalam benak saya. Saya memanggil namanya pelan. Dia membuka matanya. “Kamu cantik sekali.” Dia terbelalak dan merapatkan selimutnya. Saya terus memandanginya. Lalu saya lihat dia tersenyum tipis. “Kamu cantik sekali,” kata saya lagi. Wajahnya merah. Timbul keberanian saya. Saya mencoba meraih jemarinya yang tersembul dari selimut. Sesaat kemudian saya coba raih helai-helai rambutnya. Saya elus kepalanya. Dia diam. Saya makin berani. Nisa bergerak-erak seperti mau bangun. Dayah mencoba menengkan dengan menepuk-nepuk punggungnya. Kesempatan itu saya gunakan untuk meraih tangannya. Saya gengam. Dia diam, hanya matanya yang lurus ke arah mata saya. Saya cium tangan itu. Penis saya makin tegang. Saya ciumi punggung tangan itu, lalu telapak tangannya. Tak ada rekasi. Saya makin berani. Secepat kilat saya bergeser tempat. Kali ini di belakanganya. “Bapak jangan gitu, ahh,” dia menepis tangan saya yang mencoba memeluknya. Saya tersenyum dan kembali memeluknya. Kali ini dia diam. Saya merapatkan badan kepadanya. Saya gesek-gesekkan penis saya ke tubuhnya. Dia menggelinjang sebentar, dan berusaha menjauh, tapi tubuhnya terantuk tubuh kecil Nisa. Saya makin beringas. Saya buka selimutnya. Saya usap kakinya. Ke atas, di paha. Dia mendesis dan berusaha menghindar. “Saya tidur di kamar saja ahh.” Dia mencoba bangkit tapi saya menahannya. “Jangan.” …“Bapak nakal sih.” Saya menghentikan aksi. Sesaat kemudian hanya tangan saya yang saya taruh di pingangnya. Dia diam saja. Lalu saya kembali memeluknya. Ahh tepatnya mendekap dia. Saya gesek-gesek pelan tangan saya di bagian perutnya. Dia tak bereaksi. Saya terus berusaha memberi rangsangan dengan menyusupkan jari saya ke kulit perutnya. Tampaknya berhasil. Dia mendesis. Tak ada perlawanan. Tangan saya merayap pelan ke atas sampai terentuh dinding yang sangat tebal. Tetek yang luar biasa besarnya. Benar-benar baru kali ini saya liat tetek sebesar ini. Saya sentuh pelan-pelan. Saya takut dia menolaknya. Tapi tidak ada reaksi. Baru ketika saya pelan-pelan meremas, tubuhnya terlihat bergerak-gerak. Dia melenguh. Saya makin kalap. Remasan makin keras, dan menyelusuplah tangan saya ke dalam BH-nya. Tersentuh dagihg kenyal. Saya raba, saya remas. Dayah menggelinjang. “Hh..” Tangannya mencengkram tangan saya. Saya mulai menaiki tubuhnya. Sarung saya lepas. Saya hanya bercelana dalam. Dayah memejamkan mata. Saya cium bibirnya dengan tangan saya tetap meremas-remas payudara besarnya. Tanpa saya duga, dia membalas ciuman saya. Bakan menghisap lidah saya dengan rakus. Bibir saya bergerak turun ke leher. Selimut telah lepas dari tubuhnya. Saya singkap kaosnya, dan akhirnya, saya lihat kutang itu terlalu kecil untuk teteknya yang super besar. Hanya dengan sekali geser. Putingnya telah tersembul. Saya cium puting itu. Saya hisap, dan saya gelitik. Dia meronta-ronta. Tangannya memeluk saya erat-erat. Lalu saya cium lagi bibirnya. Tangan saya bergerak ke bawah, ke celah CD-nya, mengelus-elus semak-semak lembut, dan menggelitik sebuah celah yang telah basah. Dayah mencengkeram kepala saya, lalu menariknya. Dia mencium bibir saya. Melumatnya. Lidah saya disedot dengan hebatnya. Saya permainkan tangan di bawah, menyusuri sepasang bibir vagina. Kadang memutar-mutar di ujung bibir. Tangan Dayah telah mengocok penis saya. Mengocok dan meremas-remas dengan sangat kuatnya. Saya buka CD Dayah, hingga pangkal kakinya, lalu dia menendang sendiri CD itu, melayang ke dekat TV. Dia juga menarik CD saya. “Kamu masih perawan Dayah?” taya saya. Dia mengangguk sambil terus mengocok penis sya. Kocokan yang kasar. “Kamu mau saya masukkan ini saya?” saya memegang tangannya yang sedang mengocok penis. Dia mengangguk. Saya membalikkan tubuh saya, mengangkat kedua pahanya yang padat. Memeknya disinari cahaya TV. Saya terus menjilatinya. Dayah mengerang-erang. Saya coba menaruh penis saya di depan mulutnya. Tapi dia hanya meremas dan mengocoknya. Ketika lidah saya makin beringas menjilati memeknya, barulah dia memasukkan penis saya di mulutnya. Saya sibakkan bibir memeknya. Saya jilat-jilat isinya, jari tengah saya mencoba menusuk pelan. Dayah mengangkat pantatnya. Mulutnya menghisap-hisap penis saya. Terdengar bunyi sangat keras. Ketika saya merasa hendak ejakulasi, saya tarik penis saya. Saya ingin sperma saya jatuh di luar mulutnya. Serentak dengan itu saya mengulum kelentit. Dayah menarik pinggul saya dan menghisap kuat penis saya. Srtt srrtt Sperma saya pu terpancar. Tapi kali ini saya justru menekannya. Saya tidak ingin penis saya lepas dari mulutnya. Seluruh mani saya telah keluar. Sebagian telah masuk ke dalam kerongkongan Dayah. “Sekarang Dayah tiduran, aku masukin ya senjataku ke tempik Dayah” kata Saya. Tanpa perlu menjawab, Dayah merebahkan tubuhnya memasang posisi, kemudian Saya mulai menusukkan senjatanya kedalam lubang kenikmatan Dayah. “Auuu… pelan-pelan pakkk… masukinnya…” Dayah merasakan moncong senjata Saya memasuki lubang tempiknya. Setelah di rasa cukup masuk dan menyesuaikan di dalam lobang kenikmatan Dayah, mulailah Saya memaju-mundurkan senjatanya. “Ssshhh… enaaak pakkk… terusss… yang dalammm …”erang Dayah keenakan. “Accchhh…pakkk … aku moo keluuaarrrr… aahhh…” Dayah melenguh panjang, pertanda telah sampai orgasmenya. Dijepitnya pinggang Saya… dipeluknya dada Saya, seolah mau melumat tubuh Saya, Saya sedikit meringis merasakan jepitan kaki Dayah dan pelukan tangan Dayah di tubuhnya, tetapi Saya mengerti akan kenikmatan Dayah, maka dibiarkannya wanita itu menjepit tubuhnya. Setelah beberapa saat Saya memberi waktu untuk Dayah mengembalikan nafas liarnya, saya berinisiatif untuk merubah gaya, saya suruh Dayah untuk nungging membelakangiku, Saya melakukan dogy style. Inipun sensasi lain yang dirasakan Dayah, baru dengan Saya ini ia merasakan indahnya persetubuhan. Saya pun merasakan sensasi lain dari jepitan lubang Dayah, dengan posisi ini, lubang kemaluan Dayah semakin dirasakan sempit, Dayah, “saya mau keluar nihhh…aaahhh…” lenguh Saya. demikian juga Dayah yang semakin liar memeluk serta menggigit sarung saya, “aaacchh… emmmhhh… pakkk…” Kami terkapar dengan deru nafas yang saling berlomba, Dayah memeluk Saya, Saya membelai rambut Dayah. Kami saling mendekap, berpagutan, disela deru nafas kami berdua. Dia tersenyum lalu beranjak menuju kamar mandi. Saya puas. Benar-benar puas. Perseligkuhan dengan Dayah saya ulangi beberapa kali. Banyak sekali kesempatan terbuka. Segalanya berjalan sangat lancar. Kami melakukannya tidak hanya ketika istri saya serang keluar kota. Tetapi juga siang hari saat istri kerja dan aku pulang diam-diam

Citra, Sepupu Yang Sedang Hamil

obat aborsi ampuh

Cerita Panas Terbaru 2014: Citra, Sepupuku Yang Sedang Hamil | Nama sepupu gue ini adalah citra dan suaminya Budi. gue memanggil spupu gue itu dengan sebutan mbak citra karena dia lebih tua dari gue. dia adalah pengantin baru dan tengah hamil. gue berangkat ke kota S pada hari sabtu dan langsung menuju rumah mbak citra. sampai dirumahnya gue langsung disambut dengan baik. “lama ya gak jumpa” ucap gue. “ya, terakhir kali kita ketemu 1 tahun lalu”. “waahh… sudah hamil mbak?” tanya gue ke dia. “iya nih, udah jalan 5 bulan” jawab dia. “tambah seksi aja mbak” canda gue. “hehe.. bisa aja kamu ini”.. “ngomong-ngomong mas budi kemana? kok sepi amat”, tanya gue. “oh.. dia lagi kerja, ntar lagi pulang” jawab dia. “oh ya.. kamar kamu di belakang ya” tambahnya. “oke.. aku langsung kekamar ya”.. sampai dikamar, gue langsung tiduran, tiba-tiba setan menghampiri pikiran gue. gue langsung menghayal mbak citra tadi yang lagi hamil, “seksi dan montok banget.. gimana ya rasanya kalau gue entotin dia? pasti mantap” ucap gue dalam hati. Cerita Panas: Citra, Sepupuku Yang Sedang Hamil | tak terasa gue ketiduran dan tiba-tiba gue dibangunin oleh mas budi untuk makan malam, kamipun langsung makan malam bertiga. selesai makan gue pamit untuk melanjutkan tidur, karena masih ngantuk habir perjalanan tadi siang. gue langsung kekamar untuk tidur. tengah malam gue terbangun karena kebelet ke kamar mandi. setelah selesai dari kamar mandi, gue mendengar suara wanita yang sedang mendesah seperti sedang ML. gue cari sumber suara tadi dan ternyata suara itu bersal dari kamar mbka citra dan mas budi. gue langsung lihat apa yang sedang terjadi didalam kamar, gue lihat dari atas pintu yang ada celah kecil sambil berdiri diatas kursi. dan ternyata yang gue lihat adalah mbak citra yang sedang telanjang bulat sedang nungging dan mas budi yang sama-sama telanjang sedang entotin mbak citra dari belakang. pemandangan yang sangat indah. gue tontonin mereka berdua yang sedang bersenggama sampai tak terasa jika gue sedang nonton mereka selama 1 jam sambil berdiri. setelah selesai gue langsung ke kamar mandi lagi untuk onani karena seudah tidak tahan lagi dengan yang gue lihat barusan. setelah hasrat gue tersalurkan gue langsung tidur kembali. pagi harinya gue lihat mas budi lagi bersiap-siap kerja. tiba-tiba mas budi berkata “di.. titip mbak citranya ya, mas mau keluar kota ada tugas kerja selama 2 minggu” . “oke mas” ucap gue. setelah mas budi pergi, gue pun pergi untuk magang didaerah itu. gue pulang sore sampai dirumah gue ketuk pintu karena pintunya terkunci, lama sekali mbak citra membuka pintunya. setelah 10 menit mbak citra membuka pintu dengan hanya memakai handuk yang melilit tubuh seksinya itu. hal itu membuat gue jadi bengong melihat tubuhya. “heh.. liat apa? seksi kan?” tanya mbak citra mengagetkan gue “hehe… iya mbak, seksi banget” jawab gue… sampai di kamar gue masih membayangkan mbak citra yang memai\kai handuk tadi, gue langsung membuka laptop dan gue tonton film porno yang memenuhi laptop gue. gue tonton sambil onani dikamar dan membayangkan gue lagi ngentoto dengan mbak citra. malam harinya gue makan malam bersama mbak citra, setelah makan gue langsung ke kamar lagi. pada jam 9 gue keluar kamar dan gue pun terkejut banget dengan apa yang gue lihat sekarang. mbak citra lagi telanjang sambil nonton film porno diruang tamu sambil meremas-remas toketnya dan meraba-raba selangkangannya, tampaknya dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia tidak menyadari kalo gue sedang asik menonton apa yang dia lakukan. gue langsung hampiri dia dari belakang dan gue langsung meremas-remas toket gedenya dari belakang. dia terkejut karena ada yang meremas toketnya dari belakang “di.. apa yang kamu lakukan” tanya dia. “tenang mbak, aku akan memuaskan mbak malam ini” jawab gue sambil meremas toketnya. dan nampaknya dia setuju, karena dia menikmati apa yang gue lakukan. gue remas-remas toketnya dan gue pilin putingnya. “ahh…” desahnya. gue langsung pindah kesampingnya, gue langsung melumat toketnya seperti bai yang sedang menyusu. gue melumat toketnya sambil meraba-raba perut buncitnya, sampailah tangan gue keselangkangannya, gue raba-raba dan dia tampak sangat menikmatinya. gue pindah ke depannya sambil jongkok gue jilati memeknya, tercium bau khas memek wanita. gue masukkan lidah gue ke memeknya sambil gue remas toketnya. 5 menit gue diposisi itu dan diapun orgasme yang pertama. kami beristirahat sejenak mengumpulkan tenaga. setelah selesai istirahat dia yang gantian menjilati kontol gue, dia masukkan kontol gue ke mulutnya. rasanya seperti melayang diposisi itu. “pindah kekamar yuk mbak?” ucap gue.. “oke, tapi gendong ya?” jawab dia dengan manja. Gue langsung gendong dia menuju kamarnya. sampai dikamar gue tidurin dia dikasurnya. gue lumat bibirnya. kami saling melumat bibir. gue lepas lumatan gue dibibirnya dan gue tanya “Sudah siap mbak?” sambil menunjuk kontol gue. dan dia mengerti apa yang gue katakan “oke,, puasin mbak malam ini ya?” jawab dia. Gue langsung mengambil posisi, gue angkat kedua kakinya keatas dan gue langsung tancapkan kontol gue yang lumayan besar ke memeknya. blesss… langsung menancap semua diikuti erangan dia. langsung due entot dia dengan tempo lambat. perlahan gue tingkatkan tempo, semakin cepat gue entot memeknya sambil meremas kedua tokenya “aahhhh…… hmmmm… lebih cepat sayaaaaangg…” ucap dia… Gue langsung percepat genjotan gue, 5 menit kemudia dia orgasme yang kedua. gue cabut kontol gue, dan suruh mbak citra untuk nungging, karena gue ingin mencoba posisi kesukaan gue “doggy style”. dari belakang terlihat semua, pantatnya yang semok banget, anusnya, dan memeknya yang sudah memerah membuat gue bergairah lagi. gue langsung tancapkan kontol gue dari belakang. sambil gue remas toketnya, gue langsung genjot dengan tempo cepat. mbak citra sangat menikmati permainan ini. dia hanya mengeluarkan erangan-erangan kenimatan. 30 berlalu kami masih diposisi itu, tampaknya mbak citra sekarang kuat banget. beberapa menit kemudian dia berkata “sayang…. aa…a..aku mau nyampeeekk.. nih…” mendengar seperti itu langsung gue percepat lagi genjotan gue, dan tiba-tiba kontol gue serasa dijepit keras banget dan terasa hangat sekali, rupanya dia orgasme lagi yang ketiga. tapi gue masih belum orgasme sekalipun, gue tidak memikirkan mbak citra yang sudah lelah gue masih genjot dia dengan cepat, dan 5 menit kemudian “aahhh….” gue semburin sperma gue semua kedalam memeknya. merasa kelelahan kamipun tidur bersama dalam keadaan telanjang. pagi harinya gue terbangun dan mbak citra sudah tidak ada lagi, setelah ku cari ternyata dia sedang didapur menyiapkan sarapan pagi. gue menghampiri dia masih dalam keadaan telanjang bulat karena ku pikir hanya kami yang ada dirumah ini. dari belakang kulihat mbak citra hanya memakai daster tipis transparan dan tidak memakai apa-apa lagi. gue langsung peluk dia dari belakang, gue remas-remas toketnya, gue tempelin kontol gue yang sudah mengeras ke belahan pantatnya, terasa sekali karena dia tidak memakai celana dalam. dari belakang gue cium dia. gue angkat daster bawahnya, gue masukin kontol gue dari belakang. kamipun bercinta lagi didapur, gue genjot dia dari belakang dan dia sambil memasak. gue genjot selama 10 kamipun sampai klimaks bersamaan, gue semburin sprema gue ke memeknya lagi. setelah itu kami memutuskan untuk mandi bersama. didalam kamar mandi gue sabunin mbak citra gue sambil gue remas-remas toketnya. Setelah mandi kami sarapan bersama. masih dalam keadaan telanjang bulat kami sarapan. jam 8 gue berangkat untuk magang, sebelum berangkat kami saling cium. layaknya suami istri. kami melakukan percintaan ini hampir setiap hari selama 2 minggu. sebelum sarapan pagi, setelah pulang magang, malam hari kami terus melakukan percintaan ini. minimal kami melakukannya 2 kali sehari, entah itu diruang tamu, dapur, kamar mandi, kamar mbak citra, atau dikamar gue. kami melakukannya. sampai 2 minggu dan mas budi pulang dia tidak tahu apa yang sudah kami lakukan selama 2 minggu tanpa dirinya.kadang kami masih melakukannya ketika mas budi dirumah. kami melakukannya secara diam-diam. ketika mas budi kerja atau pada malam hari ketika mas budi terlelap tidur. pernah kami melakukannya setelah mas budi dan mbak citra selesai bercinta, karena mbak citra tidak puas dengan permainan mas budi, mbak citra diam-diam ke kamar gue dan membangunkan gue untuk bercinta lagi dengan gue. Gue dirumah mbak citra selama 3 bulan dan selama itu gue dan mbak citra hampir setiap hari bercinta. itu juga berguna untuk membantu kelancaran kelahiran bayinya nanti karena wanita yang melakukan senggama saat sedang hamil bisa membantu proses persalinannya nanti. setelah 3 bulan gue pamit pulang ke mereka berdua, tapi sebelum pulang gue minta hadiah perpisahan dari mbak citra untuk bercinta lagi dengan gue. untunglah mas budi kerja sampai malam hari ini jadi, kami bisa bercinta seharian, ketika lelah kami berhenti istirahat lalu melakukannya lagi sampai mas budi pulang malam harinya.

Asri Si Ratu Senggama


Asri si Ratu Senggama – Cerita Dewasa 2014 – Namaku Asri, biasa dipanggil “Sri” saja, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg, “kamu persis Desy Ratnasari, Sri!”, kata mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari. Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang. Asri si Ratu Senggama – Cerita Dewasa 2014 – Yang pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai guru. Yang ketiga laki-laki, satu- satunya laki-laki di rumah ini, tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto 22 thn, masih kuliah, kata Ibu Sum, Mas Har (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng, pinter pula… Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang hingga semata- kaki, bajuku berlengan panjang. Aku tahu, Ibu Sum senang dengan cara berpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan soleha, baik sikap yang santun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu, pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhku cukup terlihat dengan jelas. Mas Har sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk tubuhku, aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke arahnya, sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling telat jam 7:15, mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas Har sekitar jam 8:00. Aku tahu, Mas Har sangat ingin menghampiriku dan bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya. Padahal aku juga ingin sekali merasakan genjotan keperjakaannya. Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Har dan aku yang ada di rumah, Mas Har belum keluar dari kamar, menurut Ibu Sum sebelum berangkat tadi bahwa Mas Har sedang masuk angin, tak masuk kuliah. Bahkan Ibu Sum minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian. “Baik, Bu!”, begitu sahutku pada Ibu Sum. Ibu Sum sangat percaya kepadaku, karena di hadapannya aku selalu nampak dewasa, dengan pakaian yang sangat sopan. Setelah pasti mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul, kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa merenggut keperjakaan Mas Har, pikirku. “Mas Har. Mas Har!” panggilku menggoda, “tadi Ibu pesan supaya Mbak Sri memijati Mas Har, supaya Mas Har cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas Har?” Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Har terbelalak melihat penampilanku, “Aduh, kamu cantik sekali, Mbak Sri… Persis Desy Ratnasari… ck, ck, ck…” “Ah, Mas Har, bisa saja, jadi mau dipijat?” “Jadi, dong…” sekarang Mas Har mulai nampak tidak sok alim lagi, “ayo, ayo…”, ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi…. “Kok Wangi, Mas Har?” Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi. “Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini,”. Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul, dia tanya berapa usiaku, dari mana aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai kelas berapa aku sekolah. Omongannya masih belum “to-the-point” , padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat merangsang. Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman. “Mas Har sudah pernah bercumbu dengan perempuan?”, aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu. “Mau Mbak Sri ajari?”, wajahnya merah padam dan segera berubah pucat. Kubuka kaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya, dia langsung memagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya yang empuk dan wangi, kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya yang merah delima, dia makin menggebu, batang kontolnya mengeras seperti kayu… Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas- remas puting susuku yang kanan… “Aaah.. sssshhhh, Mas Har, yang lembut doooong…” desahku makin membuat nafasnya menderu… “Mbak Sri, aku cinta kamu….” suaranya agak bergetar.. “Jangan, Mas Har, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah,” kubisikkan desahanku lagi…. Kulucuti seluruh pakaian Mas Har, kaos oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut kontolnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat… “Aduuuh, enaaaak, Mbak Sri….” jeritnya… Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan kontolnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi muncrat. Dia membuka rok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka selangkanganku. “Jilat itil Mbak Sri, Mas Haaaarrr…, yang lamaaa…”, godaku lagi… Bagai robot, dia langsung mengarahkan kepalanya ke nonokku dan menjilati itilku dengan sangat nafsunya…. “Sssshhhh, uu-enaaak, Mas Haaaarrrr… ., sampai air mani Mabk Sri keluar, ya mas Haaar”. “Lho, perempuan juga punya air mani..?” tanyanya blo’on. Aku tak menyahut karena keenakan… “Mas Haaarrr, saya mau keluaaar…” serrrrrr…. serrrrrrrrr. … membasahi wajahnya yang penuh birahi. “Aduuuuh, enak banget, Mas Har! Mbak Sri puaaaaaassss sekali bercinta dengan Mas Har….. kontol Mas Har belum keluar ya? Mari saya masukin ke liang kenikmatan saya, Mas! Saya jamin Mas Har pasti puas-keenakan. …” Kugenggam batang pelernya, dan kutuntun mendekati lubang nonokku, kugosok- gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi… Sebelum kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang nonokku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu nonokku dengan kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus kontolnya Mas Har nanti… “Sebelum masuk, bilang ‘kulonuwun’ dulu, dong sayaaaaaang. ..”, Candaku…. Mas Har bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas meja kecil di samping ranjang….. lagunya…. mana tahaaaan…. “Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu….. .” “Kulonuwun, Mbak Sri cintakuuuuu. …” “Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu. ..”, segera kubuka lebar- lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan kuganjel dengan guling yang agak keras, supaya batang kenikmatannya bisa menghunjam dalam- dalam. … Sreslepppppp. …….. blebessss… .. “Auuuuuow… .”, kami berdua berteriak bersamaan… .. “Enaaaak banget Mbak Sri, nonok Mbak Sri kok enak gini sih….?” “Karena Mbak Sri belum pernah melahirkan, Mas Har… Jadi nonok Mbak Sri belum pernah melar dibobol kepala bayi….. kalau pernah melahirkan, apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali, pasti nonoknya longgar sekali, dan nggak bisa rapet seperti nonoknya Mbak Sri begini, sayaaaaang.. . lagi pula Mbak selalu minum jamu sari- rapet, pasti SUPER-PERET. …”, kami berdua bersenggama sambil cekikikan keenakan… Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan erat sekali…. Sekarang giliranku yang di atas… Mas Har terlentang keenakan, aku naik-turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah, kalau aku di atas, itilku yang bertumbukan dengan tulang selangkang Mas Pur, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya. …. Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Har selalu pakai AC, sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan dgn tengkurap di atas tubuh Mas Har, aku ganti gaya. Mas Har masih tetap terlentang, aku berjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku. Mas Har malah punya kesempatan untuk menetek pada susuku, sedotannya pada tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur tubuhku. Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi… kami berguling-gulingan lagi tanpa melepaskan kontol dan nonok kami. Sekarang giliran Mas Har yang di atas, waduuuuh… sodokannya mantep sekali… terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep. .. terkadang cepat plok-plok- plok. .. benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan Mas Harianto yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga kali air nonokku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme… benar-benar nonokku sampai kredut-kredut karena dihunjam dengan mantapnya oleh kontol yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesung dihantam alu….. bertubi-tubi. … kian lama kian cepat…… waduuuuhhhhh. ….. Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan… … “Mbak Sri, aku hampir keluaaaaaar nih…!!” …. “Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar…. Yuk kita bersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg” “Ambil nafas panjang, Mas Har… lalu tancepkan kontolnya sedalam-dalamnya sampai kandas…… baru ditembakkan, ya Maaaasss… ssssshhhhhh. …….” Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku kulingkarkan pada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hunjaman kontol Mas Har semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh…hhhhh. …hhhhhh. …. seirama dengan hunjaman kontolnya yang semakin cepat….. “Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!” , Mas Har menancapkan kontolnya lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut rahimku…. bersamaan dengan keluarnya air nonokku yang kelima kali, Mas Har pun menembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat kerasnya…. CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan CROOTTTTT!!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi….. Seperti wong edan, kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan; “Enaaaaaaaaaakkkkk! “….. sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya… dari ujung kepala sampai ujung kaki, terutama nonokku sampai seperti “bonyok” rasanya….. Mas Har pun rebah tengkurep di atas tubuh telanjangku. …. sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan… “Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang… masih terasa enaknya… tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Har boleh cabut yaaa……” pintaku memelas….. kami kembali bercipokan dengan lekatnya…. .. kontolnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti punya mantan-mantan suamiku dulu…. “Mbak Sri sayaaaang, terima kasih banyak ya….. pengalaman pertama ini sungguh- sungguh luar biasa… Mbak Sri telah memberikan pelayanan dan pelajaran yang maha-penting untuk saya…… saya akan selalu mencintai dan memiliki Mbak Sri selamanya… .” “Mas Har cintaku, cinta itu bukan harus memiliki… tanpa kawin pun kalau setiap pagi –setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Har pergi kerja–, kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss….. Apalagi Mas Harianto tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai nonok saya endut-endutan rasanya tadi…..” “Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk mahasiswa baru… jadi ndak ada kuliah…”, kata Mas Harianto. “Nah… kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya sampai sebelum Ibu dan Mbak-mbak Mas Har pulang nanti sore, kita main teruuuusss, sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Har?”, sahutku semakin menggelorakan birahinya. “Nantang ya?” Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia….. “aku cabut sekarang, ya Mbak? sudah layu tuh sampai copot sendiri….” kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat…. setelah mencabut kontolnya dari nonokku, Mas Har terlentang di sisiku, kuletakkan kepalaku di atas dadanya yang lapang dan sedikit berbulu…. radio kaset yang sedari tadi terdiam, dihidupkan lagi… lagunya masih tetap “kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu. …” Setelah lagunya habis, “Mas sayaaang, Mbak Sri mau bangun dulu ya…. Mbak Sri harus masak sarapan untuk Mas….” “Untuk kita berdua, dong, Mbak Sri…. masak untuk dua porsi ya… nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?”, sambil ditowelnya tetekku, aku kegelian dan “auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin Mbak Sri ya.., Mbak Sri tambah sayang deh”. Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya, “Mas, numpang cebokan, ya…” Kuceboki nonokku, nonok Asri yang paling beruntung hari ini, karena bisa merenggut dan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Har… waduuuuhhh.. . benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya.. meskipun nonokku sampai kewalahan disumpal dengan kontol yang begitu gede dan kerasnya — hampir sejengkal- tanganku panjangnya.. .. wheleh.. wheleh…. “Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor-Madu- Jahe (STMJ) buat Mas Har, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat lagi, ya sayaaaaaang. …” Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil kubisikkan kata-kata sayangku… “Sekarang Mas Har istirahat dulu, ya…” kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu… “Terima kasih, Mbak Sri… Mbak begitu baik sama saya… saya sangat sayang sama Mbak Sri…”. Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ untuk kekasihku… . setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya, “Mas Har sayaaaang… . mari diminum dulu STMJ-nya, biar kontolnya keras kayak batang kayu nanti, nanti Mbak Sri ajari lagi gaya-gaya yang lain, ada gaya kuda-kudaan, anjing-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss,” kataku membangkitkan lagi gelora birahinya… selesai minum diciuminya bibirku dan kedua pipiku…. dan Mas Harianto-ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh telanjang dilapisi selimut. Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku, menyapu rumah dan mengepelnya. . semua kulakukan dengan cepat dan bersih, supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi dengan Mas Har nanti…. Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Har dalam porsi yang cukup besar, sehingga cukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua… hmmm…. nikmat dan mesranya… seperti penganten baru rasanya… Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar, kutata penyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata-sapi, dan kulengkapi pula dengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan pula segelas coca-cola kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung kubuka saja pintu kamarnya… Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Har sudah bangun dari tidurnya, tanpa memakai selimut lagi, Mas Har sedang ngeloco (mengocok kontolnya), dengan wajah merah-padam. .. Segera kuletakkan makanan di atas meja tulisnya.. “Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya… nanti bisa lecet… nanti pasti Mbak Sri kocokkan… tapi Mas Har harus makan dulu, supaya ada tenaga lagi… kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama senggamanya, Mas!” Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku, dihisapnya puting tetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku yang kiri… Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi, “Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang. .., yuk kita makan nasi goreng kesukaan Mas, sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut…” Kusuapi Mas Har-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya mengkilik-kilik itilku dengan sangat birahinya. Wah! Edhiaan tenan reaksi STMJ tadi…. Hihihi… “Mas Har sayang, jangan kenceng-kenceng dong kilikannya, nggak nikmaaat…. “, dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan tuntaskan sarapan kami. Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar coca-cola, kuulurkan gelas coca-cola ke mulutnya. Minum seteguk, Mas Har pun mengambil gelas dan mengulurkan pula ke mulutku…. wah! mesranya, Mas Har-ku ini… Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu aku berbaring di samping Mas Har, kubuka selangkanganku lebar-lebar, dan kumasukkan pisang tadi ke dalam liang nonokku…. Mas Har agak terkejut, “Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang nonok Mbak Sri? Kalau bisa, nanti Mbak Sri ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama yang lain deh!” “Siapa takut!” sahut Mas Har… Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap… mulutnya di depan nonokku, ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit digigitnya daging pisangnya, sedangkan kontolnya pun terjuntai ngaceng di depan mulutku…. segera kugenggam dan kumasukkan barangnya yang ngaceng itu ke dalam mulutku, kumainkan lidahku mengusap-usap kepala kontolnya, dan dimaju-mundurkannya pisang mas tadi dalam liang nonokku, sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan seluruh bulu-bulu tubuhku…. “Mbak Sri, pisangnya sudah habis…. hebat kan?” Katanya lugu… “Mas Har memang nomer satu buat Mbak Sri…” sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya. “Sekarang apalagi?” tanya Mas Har… “Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang nonok saya… dan saya akan meng-emuti dan mengocok kontol Mas dengan mulut saya…. ini namanya gaya 69, Mas sayaaang… mulut Mas ketemu nonok saya dan mulut saya ketemu kontol Mas Har…. Enaaaak kan, sayaaang?” “Wah! Sensasinya luar-biasa, Mbak……” “Kalau bercinta itu jangan buru-buru, Mas…. harus sabar dan tenang, sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan cara ngeloco seperti tadi, kalau sempat keluar kan saya harus nunggu lagi kontol Mas ngaceng… kasian dong sama saya, Mas,” suaraku kubikin seperti mau menangis…. . “Maafkan saya, ya Mbak Sri…. saya belum ngerti… mesti harus banyak belajar sama Mbak…..” Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis kontolnya, kuhisap-hisap dan kumaju- mundurkan dalam mulutku…. sementara Mas Har meluruskan lidahnya dan menjilati ITIL-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam liang nonokku… ini berlangsung cukup lama… Pada menit kelimabelas, serrr… serrrr… serrrr…. cairan hangat nonokku meluap, sekarang Mas Har malah menelannya.. .. aooowwww! Dan pada menit keduapuluhlima, serrr… serrrr… serrrr…. lagi, kali ini lebih enaaaak lagi, kukejangkan seluruh tubuhku…. sambil mulutku tetap terus mengocok kontolnya yang kerasnya minta-ampuuuuun. … pada waktu itu juga, kontolnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya, langsung kutelan seluruhnya, sampai hampir keselek….. . “Enaaaakkkk. ….” Mas Har berteriak keenakan…. . Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut kontolnya yang masih cukup keras, kuhisap terus kontolnya, sampai tubuh Mas Har berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya. …. kujilati kontol Mas Har sampai bersiiiiih sekali dan segera aku berputar, sehingga kepala kami berhadap-hadapan dengan posisi aku masih tetap di atas… “Gimana, Mas Har sayaaang…. Enak opo ora?” godaku… “Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan…. “, kata Mas Har menirukan gaya pelawak Timbul dalam sebuah iklan jamu….. Kami berciuman lagi dan berguling-guling lagi…. mulut kami tetap berpagutan dengan sangat kuaaaatnya.. … Kucari kontolnya dan kupegang… wah sudah ngaceng keras lagi rupanya….. luarbiasa kuatnya Mas Har kali ini, lebih kuat dari ronde tadi pagi….. “Mas Har… saya ajari gaya kuda-kudaan. .. mau nggak?”, “Mau dong, sayaaaang… . Gimana?”, tanyanya penasaran… . “Mas Har duduk menyender dulu…..” Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah bantal yang kutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil posisi jongkok membelakanginya. Kugenggam kontolnya dan kutancapkan ke nonokku dari belakang…. BLESSS!!!, tangan Mas Har mendekap kedua tetekku dari belakang…. Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang naik kuda…. semuanya berlangsung dengan sangat halus…. sehingga tidak sampai menimbulkan lecet pada kontol Mas Har maupun nonokku….. “Gimana Mas?”, tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air-pejunya tidak segera muncrat….. . “Benar-benar Mbak Sri pantas menjadi dosen percintaan saya…..”, katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan… Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Har… Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat perasaanku semakin menyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Har….. inilah arti sesungguhnya persetubuhan. … Kuatur kecepatan pacuan kuda-kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisa kukendalikan, sementara Mas Har terlentang dengan tenang, makin didekapnya kedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya, diremas-remas lagi… membuatku kembali ingin mencapai puncak kenikmatan.. .. kukejangkan seluruh anggota tubuhku…. Mas Har sudah mulai mengerti bahwa aku akan mencapai puncak….. “Keluar lagi ya, Mbak?” tanyanya…. . Ya! serrr… serrrr… serrrrr…., kembali cairan hangat nonokku tertumpah lagi…. kelelahan aku rasanya….. . lelah tapi enaaak…. Aku melepaskan kontolnya dari lubang nonokku, kekeringkan nonokku dengan dasterku supaya peret lagi… Mas Har melihat pemandangan ini dengan wajah lugu, kuberi dia senyum manis…. “Saya sudah capek, Mas…. Gantian dong… Mas Har sekarang yang goyang, ya?” Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang….. Mas Har kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super-keras dari belakang, “Yang ini gaya anjing-anjingan, Mas….. tapi jangan salah masuk ke lubang pantat ya… pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho ya….” “Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Mbak Sri?” tanyanya lucuuuu…. “memang lebih enak untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan… .. itu kan namanya tidak adil, Mas…. Lagipula lubang pantat itu kan saluran untuk tai, kotoran yang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena penyakit aids, Mas…. Aids itu mematikan dan tidak ada obatnya lho, hiiii…. seremmmm…. ” Mas Har memasukkan kontolnya pelan-pelan ke lubang nonokku dari belakang sambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii. …. seolah-olah dia takut kalau sampai merusakkan lubang nikmat ini….. aku tahu sekarang…. Mas Har sangat sayang padaku, sehingga tingkah-laku persenggamaannya pun melukiskan betapa besar perasaan cintanya pada diriku…. “Aaaaahhhhhh. …”, aku mendesah sambil merasakan hunjaman kontolnya yang kembali menembus nonokku, demikian juga dengan Mas Har… dilingkarkannya tangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya meremas tetekku….. . Dia mulai menggoyangkan kontolnya maju mundur…. blep-blep-blep. …..aduuuuhhh. …. mantapnyaaaa. ….. tenaganya sangat kuat dan berirama tetap…… membuat aliran- darahku menggelepar di sekujur tubuhku….. .. “Enaaaak, Maaaaasssss. ……”, lagi-lagi kukejangkan seluruh anggota tubuhku sambil kukeluarkan lagi cairan hangat nonokku kesekian kalinya….. . puaaaasssss sekali tiada taranya….. .. “aaaaaahhhhhhhh. ……… “, lenguhku…. …. “Lap dulu dong, Mbak Sriiii….. becek sekali nih….” pintanya…. . Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya….. . segera dia mengeringkan nonokku dan juga kontolnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku…. . “Mbak, aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr. ….” desahnya membuatku semakin terangsang.. …. “Tembakkan saja, Massss…… ..” Tembakannya masih sekencang yang sebelumnya.. …. sampai nonokku penuh dengan air-pejunya yang ekstra-kental itu……. “Aaaaahhhhhhhh. ……” Mas Har berteriak keenakan…. .. demikian juga dengan aku, kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi kontolnya dengan cairan hangat kenikmatan nonokku….. . “Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr….. … Mbak Sri cintaaaaa banget sama Mas Har…….” “Aku juga Mbak….. selain Mbak Sri, tidak ada perempuan lain yang aku cintai di dunia ini …..”, aku tahu kata-kata ini sangat jujur…. membuatku semakin menggelinjang kenikmatan.. …. “Terima kasih Mas Harrrrrr…. . untuk cinta Mas Har yang begitu besar kepada saya…..” Dengan tanpa melepaskan kontolnya, Mas Har dengan hati-hati dan penuh perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh telanjangku. … dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku mengambil posisi tengkurap… .. dengan Mas Har tengkurap di belakangku.. … Mulutnya didekatkan pada telingaku… . nafasnya menghembusi tengkukku… . membuatku terangsang lagi…… “Enaaaak dan puassss sekali, Mbak Sri….. Apa Mbak Sri juga puas?” “Tentu, Mas Har….. dari pagi tadi sudah sembilan kali nonok saya memuntahkan air hangatnya… .. Pasti saya puasssss bangettt, Mas!” “Terima kasih, ya sayaaaang… … aku ingin setiap hari bercinta dengan Mbak Sri seperti ini…….” “Boleh, Massss…. saya juga siap kok melayani Mas Har setiap hari….. kecuali hari Minggu tentunya…. . Ibu dan Mbak-mbak kan ada di rumah kalau Minggu….” Mas Har melepaskan kontolnya dari lubang nonokku, aku segera mengambil posisi terlentang, dan Mas Har pun merebahkan dirinya di sisiku…. Jam dinding sudah menunjukkan jam 10.40…… sambil berpelukan dan berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua… dan kami pun tertidur sampai siang….. Sudah hampir jam setengah-dua ketika aku terbangun, pantes perutku rasanya lapar sekali. Mas Har masih belum melepaskan pelukannya sedari tadi, rasanya dia tidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat langka ini, bisa seharian bersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya untuk membangunkan lelaki kesayanganku ini, “Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore….” “Mmmm…” Mas Har menggeliat, “sudah jam berapa, istriku?” “Setengah-dua, suamikuuuu.. …”, jawabku genit…. “Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa, kan pintu-pintu dan korden-korden sudah Mbak Sri tutup tadi….” Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Har menggendong/ mengangkatku ke ruang tamu. “Edhian tenan, koyok penganten anyar wae…..” kataku dalam hati…. (“gila benar, seperti pengantin baru saja”)…. Selesai makan siang, Mas Har kembali menggendongku ke kamar, sambil kuelus- elus kontol Mas Har yang sudah mengeras seperti batang kayu lagi….. Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Har juga mengambil posisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan. … “Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya….., lebih terasa lho gesekan kontol Mas Har di dalam nonok Mbak Sri nanti,” ajakku untuk membangkitkan rangsangan pada Mas Har…. Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan mesra. Kali ini Mas Har lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, payudara-kiriku kuisap-isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut….. Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya bergerak kagi ke bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku mendesah-mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut lubang nonokku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat…, kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr…. kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras dari nonokku… “Mas, masukkan sekarang, Masssss….. Mbak Sri udah nggak tahaaaannnn. …..”, pintaku manja….. Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku tinggi-tinggi, kugenggam kontolnya dan kusorongkan lembut ke lubang kenikmatan.. … “aaaaahhhhhh. ……” lenguhan kami kembali terdengar lebih seru…. Kontol Mas Har baru masuk setengahnya dalam nonokku, dimajukannya lagi kontolnya, dan kumajukan pula nonokku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa. …. “Mas sayaaaang… maju-mundurnya barengan, ya…..”, ajakku sambil mengajari teknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini “Gaya Miring”, dengan gaya ini kami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak saja….. Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba…. rasanya lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah…. Kulihat Mas Har merem-melek, demikian juga dengan diriku, kontol Mas Har dengan irama teratur terus menghunjam-mantap berirama di dalam liang sempit Asri….. nonokku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan hangatnya… .. “Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk. …….”, aku agak berteriaksambil mendesis…. … Air mani Mas Har belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini….. “Ganti gaya, Maaaasssss.. .. cabut dulu sebentar…. .” ajakku lagi, sambil kuputar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas Har memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tetekku, kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi kontolnya memasuki nonokku….. . “aaaaaaaaahhhhhhhhh hh…. enak, Mbak Sriiiiii…. …, gesekannya lebih terasa dari yang tadiiiiii… ..” Mas Har mendesah nikmat….. Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Har yang lebih aktif memaju-mundurkan kontolnya yang belum muncrat-muncrat juga air-maninya. ….. Sudah jam setengah-tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini…… “Mbak Sri, siap-siap yaaa…. rudalku hampir nembak….” Kupeluk erat guling, dan Mas Har semakin mempercepat irama maju-mundurnya. ….. “Aaah, aaah, aaahh….” Mas Har mendesah sambil mengeluarkan air maninya dengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh dinding-dinding rahimku….. setrumnya kembali menyengat seluruh kujur tubuhku….. “Aaaaaaaa… ……” aku berteriak panjaaaanng sambil kusemburkan juga air nonokku….. . Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus terasa….. tanpa melepaskan pelukan dan juga kontolnya, masih dengan posisi miring, kami tertidur lagi beberapa menit… sampai semua getaran mereda…… Jam tiga sudah lewat…. berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Sum dan kakak-kakaknya pulang dari kerja…..”Mas, bangun, Mas…. sudah jam tiga lewat….. saya kan mesti membereskan kamar ini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila ada Ibu…..” “Mandi bareng, yok….. di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?” ajaknya…. Dicabutnya kontolnya dari lobang nonokku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya….. . Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas Har bangkit dan memelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan nonokku, kembali birahiku naik….. Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat…. Dengan posisi berdiri kembali kontol Mas Har mengeras bagai batu, segera kurenggut dan kugenggam dan kumasukkan lagi ke nonokku. Dengan tubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kami bersenggama lagi…… bagai geregetan, Mas Har kembali menggerakkan kontolnya maju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang perkasa….. “Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg. …”, tanpa melepaskan kedua alat kelamin kami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka- rangsangan. … “Lepas dulu, ya sayaaanggg.. .. kuambilkan handuk baru untuk kekasihku… ..”, Mas Har melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian, dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu untuknya… Selesai handukan, aku bermaksud mengambil dasterku untuk berpakaian, karena kupikir persenggamaan hari ini sudah selesai….. “Eiittt, tunggu dulu, istriku….. Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi di liang hangat cinta kita……” Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini….. kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air nonok sedari pagi tadi… Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang… biar Mas Har menindihku dari atas….. Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup….. dengan “Gaya Sederhana” pria diatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang melindungi kepasrahan wanita…. Mas Har terus menggoyang kontolnya maju-mundur. …. Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Har masih terus dengan mantapnya maju-mundur begitu kuat….. “Mas Har, Mbak Sri sudah mau keluar lagiiiiii… …”, kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku….. “Mbak, aku juga mau keluar sekarang…. ..”, dalam waktu bersamaan kami saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami masing-masing. ….. “Enaaaaaaaaaaakkkkk kk, Mas Haaaaaarrrrrr. ……” “Puaaaaassssss, Mbak Sriiiiii…. ……” Mas Har langsung ambruk di atas ketelanjanganku, waktu sudah hampir jam emapat….. semua sendi-sendiku masih bergetar semuanya rasanya….. “Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Mbak Sri mau siap-siap dulu ya, sayaang…” Mas Har segera bangkit sekaligus mencabut kontolnya… . ” ari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Mbak Sriii… Bagaimana aku akan sanggup melupakannya? ” Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Har…. segera aku lari menuju kamarku, membersihkan air mani Mas Har yang masih menetes dari lubang nonokku yang agak bonyok….. Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus berlengan panjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas…. semua ini untuk “mengelabui” Ibu Sumiati dan kedua kakak Mas Harianto, untuk menutupi sisi lain kehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama